TEMPO.CO, Jakarta - Di Indonesia banyak pihak yang anti vaksin. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah kecurigaan bahwa vaksin merupakan penyebab autisme. Yaitu sebuah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi.
Namun, benarkan vaksin bisa menyebabkan autisme? Menurut Dokter Jane Soepardi, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, stigma bahwa vaksin menyebabkan autis ini dimulai pada 1998. Yaitu, ketika Andrew Wakefield, dokter yang menulis vaksin di sebuah jurnal yang kemudian dipublikasikan di lancet Medical Journal. (baca:Workplace Facebook, Solusi Komunikasi Internal di Tempat Kerja)
Dalam artikel disebutkan bahwa vaksin MMR measles mumps and rubella, vaksin untuk mencegah penyakit campak, gondong, dan rubella terbukti menyebabkan radang usus besar dan autisme. Artikel ini pun kemudian membuat heboh pada waktu itu yang berdampak hingga sekarang.
Namun, setelah diselidiki, ternyata isi artikel tersebut tidak lebih dari sebuah medical fraud atau kebohongan belaka.
“[Hubungan antara] vaksin dengan autism itu merupakan medical fraud terbesar dalam 100 tahun terakhir,” kata Jane, Kamis 27 Juli 2017.
Untuk mencapai kesimpulan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin dengan autisme ini, selama 10 tahun berbagai negara di dunia pun melakukan penelitian yang menghabiskan biaya tidak sedikit.
“Selama 10 tahun seluruh dunia melakukan penelitian tentang MMR, berapa uang yang keluar, gara-gara tulisan itu, dan ujungnya semua kesimpulannya sama, tidak ada hubungannya antara MMR dengan autism,” tegas Jane.(baca: Pakai Toner Setelah Membersihkan Wajah, Ditepuk atau Diusap?)
Akibatnya Wakefield pun kemudian mendapat ganjaran. Izin praktik dokter asal Inggris ini pun dicabut oleh Dewan Kedokteran negeri Ratu Elizabeth tersebut. Adapun artikel Wakefield tentang vaksin penyebab autisme itu pun ditarik dari The Lancet pada 2010 dan editornya pada saat itu, Richard Horton mengatakan bahwa pihaknya telah ditipu.