TEMPO.CO, Jakarta - Produsen beras Maknyuss dan Ayam Jago, yang diduga menipu konsumen karena menjual beras kualitas medium dengan harga beras premium, membikin publik mulai sadar ihwal label pada kemasan beras. Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Hardinsyah mengatakan perilaku konsumen beras di Tanah Air masih melihat kondisi fisik beras semata. (Baca: Beras Maknyuss dan Oplosan, Simak Penjelasan Detail Para Pakar)
"Ketika memilih produk pangan, masyarakat lebih melihat kepada cita rasa dan harga, belum pada gizi yang tertera di label produk tersebut," kata Hardinsyah di Tangerang, Selasa, 25 Juli 2017. "Jangankan di Indonesia, di Inggris saja hanya 35 persen yang membaca label kemasan."
Ketika membeli beras, dia menjelaskan, konsumen umumnya hanya melihat tampilan luar, semisal tanpa kerikil, berwarna putih bersih, pecahan yang sedikit, dan wangi. Kesadaran masyarakat tentang kandungan gizi pada pangan, Hardinsyah melanjutkan, baru terbangun ketika mereka mulai merasakan penyakit tertentu, semisal diabetes dan darah tinggi. (Baca juga: Soal Beras Maknyuss, Said Didu: Pemerintah Salah Paham Soal HPP)
Hardinsyah menjelaskan, label pada kemasan merupakan salah satu cara mendidik konsumen untuk mengetahui kualitas pangan. "Kita percaya produk pangan itu telah teregistrasi oleh dinas kesehatan dan BPOM," katanya. "Masyarakat semestinya percaya pada label di kemasan, kecuali jika ada tes yang dilakukan oleh badan independen dan terbukti tidak sesuai."
Jika beras curah, Hardinsyah mengatakan beras tersebut tidak berlabel. Soal kandungan glukosa pada beras yang teksturnya pulen atau pera, Hardiansyah mengatakan relatif sama. "Kecuali jika dilakukan penelitian soal indeks kandungan glukosa dalam beras tersebut," ujarnya. (Berita terkait: Beras Maknyuss, Indef Puji PT IBU dan Minta Jokowi Tegur Mentan)
ALIA F.