TEMPO.CO, Jakarta - Menikah dengan teman sendiri seperti dilakukan Tyas Mirasih dan beberapa selebriti lainnya terasa menyenangkan. Baca: Menikah dengan Anak Band, Tyas Mirasih: Gue Udah Khatam
Musababnya, teman biasanya menerima kita apa adanya, mengetahui diri kita baik buruknya, sudah lebih dulu terbukti ketulusannya, dan lain-lain. Sederhananya, menikah dengan teman hanya melegalkan sebuah hubungan yang sudah baik. Benarkah demikian?
Psikolog Anna Surti Ariani tidak sepenuhnya membenarkan anggapan tersebut. Dia menjelaskan, hubungan antara teman dan hubungan pasangan jelas tidak sama. Hubungan antara teman tidak melibatkan komitmen, sementara dalam berpasangan, komitmen menjadi yang utama, terlebih jika sudah terikat dalam pernikahan.
"Hubungan sebagai teman lebih santai. Kalau sedang tidak ingin bertemu, ya tidak usah bertemu. Kalau sedang ingin bertemu, ya bisa bertemu," kata Anna Surti Ariani. Namun jika hubungan sudah naik level menjadi suami istri, maka mau tidak mau harus tetap bertemu dan ingin atau tidak ingin diupayakan menjadi ingin. Artikel terkait: Ingat Ayah, Tyas Mirasih Berurai Air Mata Menjelang Pernikahan
Dalam hubungan pernikahan, Anna menjelaskan, pasangan belajar menyelesaikan masalah yang mereka hadapi yang menyebabkan munculnya rasa tidak ingin bertemu tadi. "Kalau biasanya hubungan hanya sebagai teman tanpa ada niatan untuk berpasangan, lalu tiba-tiba berpasangan, ekspektasinya bisa jadi berbeda," katanya. "Ini yang bisa bikin masalah ketika pernikahan dijalani."
Meski begitu, Anna melanjutkan, menikah dengan teman tentu ada nilai lebihnya. Salah satunya sudah tahu latar belakangnya lebih awal. Baca juga: Tyas Mirasih di Mata Raiden Soedjono: Cantik dan Penurut
Berita lainnya:
Cari Tahu Kepribadian Seseorang dari Tanggal Lahirnya
Lama Melajang? Mungkin Anda Androphobia, Apa Solusinya?
Pernikahan Muzdalifah Kacau Lagi, Apa Pelajaran yang Bisa Dipetik