TEMPO.CO, Jakarta -Petenis nomor satu dunia, Andy Murray, mengaku sedih tak bisa terus menerus mengikuti perkembangan putrinya, Sofia. Pekerjaan sebagai petenis profesional mengharuskan petenis Britania Raya ini selalu berkeliling dunia mengikuti berbagai turnamen dan tidak selalu didampingi keluarga.
Sebulan setelah Sofia lahi pada Februari 2016, Murray langsung terbang ke Amerika Serikat untuk mengikuti serangkaian turnamen. Dalam acara bincang-bincang radio Nick Snaith's Magic In The Morning, pemain berusia 30 tahun itu mengaku kehilangan momen-momen penting perkembangan putri pertamanya itu.
"Awalnya memang sulit tapi kemudian saya mulai terbiasa meninggalkannya. Saya baru kembali dari mengikuti turnamen selama empat minggu dan ia mulai berjalan ketika saya pergi. Ketika saya pergi lagi, ia mulai mengucapkan beberapa kata. Berat rasanya tak bisa mengikuti semua perkembangan itu," kata Murray.
Kini, istri Murray, Kim Sears, sudah kembali rutin memberi dukungan di lapangan seiring dengan semakin besarnya Sofia. Juara Olimpiade 2012 dan 2016 itu sempat tak merasakan dukungan sang istri ketika Sofia masih sangat kecil.
Murray dan Sears menikah di kota kelahiran sang bintang, Dunblane, Skotlandia, April 2015, setelah 10 tahun berpacaran. Ketika menjuarai Wimbledon 2015, Murray mengaku pola pandangnya berubah setelah menjadi ayah. Ia kini merasa ada keluarga yang menantikannya di rumah.
"Untuk pertama kalinya, tenis hanya urusan nomor dua. Dulu, saat mengikuti turnamen, saya hanya memikirkan pertandingan. Sekarang saya tak merasakannya lagi. Yang saya pikirkan hanyalah bisa segera bertemu Kim dan Sofia," tutur Murray.
PIPIT
Baca juga :
7 Fakta Hidup Melajang, Bahagia atau Sengsara?
Mudik Sebentar Lagi, Simak Kiatnya Agar Ibu dan Si Kecil Aman
Stres Juga Bikin Rambut Rontok dan Kepala Gatal, Ini Terapinya