TEMPO.CO, Jakarta - Riwayat hidup pelamar kerja merupakan kesan pertama. Begitu melihat harus cukup menawan. Jika diibaratkan dengan pedagang di pasar, banyak pelamar yang belum tahu bagaimana menampilkan citra dagangannya dengan baik. "Yang jadi titik perhatian terbesar dan paling utama adalah pengalaman terakhir bekerja, seperti apa tugasnya, dan berapa lama bekerja di situ," kata Mayya Indriastuti, Manajer Operasional Daya Talenta Indonesia, konsultan sumber daya manusia.
Menurut Mayya rata-rata seorang staf departemen sumber daya manusia butuh waktu 30 menit untuk membaca sebuah dokumen riwayat hidup. Namun, sebuah situs tenaga kerja global, The Ladders, merilis hasil riset yang menyatakan bahwa para perekrut hanya butuh enam detik untuk membaca riwayat diri seorang pelamar.
Setali tiga uang, Rachmi Fauzie, Manajer Sumber Daya Manusia Robert Walters Indonesia, mengatakan, saat akan menulis riwayat hidup, hendaknya para kandidat berpikir seperti manajer atau perekrut. Menurut dia, kesibukan membuat perekrut hanya memperhatikan informasi penting. "Penting untuk menyajikan poin-poin peluru dengan ringkas dan padat, terutama saat hendak menggambarkan prestasi atau penanganan proyek besar," kata dia.
Rachmi mengungkapkan, riwayat hidup yang menarik bisa menjelaskan relevansi keahlian dan pengalaman dengan peran yang ditawarkan. Karena itu, dia menekankan pentingnya riset sebelum melamar serta memperbarui pengalaman dan prestasi kerja. "Buat kronologi terbalik sehingga manajer perekrutan dapat melihat dan menimbang bagaimana pelamar dapat berkontribusi," kata dia.
Rachmi juga menekankan pentingnya kesesuaian pengalaman karier antara riwayat hidup dan profil LinkedIn. "Sebagian besar perusahaan akan meninjau profil media sosial kandidat sebelum memutuskan memberi kesempatan wawancara," ujar dia. Kandidat juga sah-sah saja menonjolkan keahlian yang dimiliki sesuai dengan pencapaian kariernya di media sosial.
Agar tidak "dibuang" hanya dalam waktu enam detik, Rachmi mengatakan, riwayat hidup harus disajikan dalam format yang mudah dibaca dan menimbulkan citra profesional. "Gunakan huruf yang menampilkan kesan profesional, seperti Arial, Calibri, atau Verdana, dengan ukuran 11-12," dia menjelaskan. Selain itu, riwayat hidup harus bebas dari kesalahan tata bahasa atau ejaan yang membuat perekrut meragukan kemampuan kandidat.
Selain soal isi riwayat hidup, dia melihat aspek lain yang tak kalah penting. Sudah lumrah jika ada ribuan kandidat bersaing untuk mengisi 20 kursi kosong di sebuah perusahaan. Untuk membedakan satu riwayat hidup dengan yang lain, Rachmi menekankan tampilan yang unik bisa membantu. "Sangat penting untuk membuat resume yang akan memisahkan Anda dari pencari kerja lainnya," kata dia.
Riwayat hidup yang unik, berkarakter, dan kreatif dengan tata bahasa yang baik, menurut ahli tenaga kerja Veronika Linardi, memberikan citra positif. Dia pernah mengatakan riwayat hidup mampu menunjukkan jati diri kandidat, kemampuan, keandalan, karakter, dan prestasi yang patut dipertimbangkan. "Karena itu, penting untuk menampilkan resume yang menjual sekaligus jujur," kata dia.
Supaya informasi di riwayat hidup semakin menarik perhatian, Rachmi menyarankan untuk membubuhkan surat pengantar di surat elektronik. Isinya mengenai pencapaian dan bagaimana kandidat akan berkontribusi untuk perusahaan dengan kemampuan yang dimiliki. Serta, kata dia, jelaskan alasan ketertarikan terhadap posisi yang ditawarkan.
AISHA SHAIDRA | DINI PRAMITA
Berita lainnya:
10 Tanda Perusahaan yang Tak Layak Jadi Tempat Bekerja
Jangan Ragu Ambil Risiko dalam Bekerja, Simak 7 Manfaatnya
Bisnis Fesyen, Khloe Kardashian Dituduh Menjiplak?