TEMPO.CO, Jakarta - Kebutuhan mukena sebagai salah satu perlengkapan shalat untuk wanita tidak ada matinya. Apalagi menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri, penjualan mukena selalu naik.
Sementara itu, produsen semakin kreatif dengan berbagai desain, motif, hingga bahan yang digunakan sehingga membuat mukena tidak monoton dengan warna putih saja. Peluang ini dilirik oleh Diansyah Sukmana bersama saudaranya, Rina Kartina dan Mira Gartina Sumawijaya, untuk membuat mukena dengan gaya berbeda.
Dalam menjalankan bisnis ini mereka pun berbagi peran. Untuk urusan bisnis, Diansyah sendirilah yang bertanggung jawab menangani operasional hingga keuangan dan dibantu oleh Mira yang betugas di bidang pemasaran dan produksi, sementara Rina mengurus desain mukena.
Mereka memutuskan produknya diberi merek Tatuis. Pengambilan nama Tatuis sebenarnya tidak ada makna tertentu. Nama Tatuis berawal dari anak Rina mengucapkan kata “tulis” dengan “tatuis” sehingga ia berharap dari pemilihan kata Tatuis bisa menjadi doa dari anaknya untuk bisnis ini.
Diansyah menceritakan awalnya bisnis yang dimulai sejak 2002 itu hanya memproduksi sajadah, kemudian berkembang ke mukena pada 2010. Diansyah selaku salah satu pendiri Tatuis mengungkapkan alasannya memilih mukena sebagai produk utama karena busana muslim pasarnya sudah padat.
“Kami melihat pasar perlengkapan shalat belum banyak yang menggarap, tapi kalau busana muslim sudah banyak sekali,” ujarnya.
Namun siapa sangka dari hanya satu penjahit di garasi kini ia sudah menitipkan produksinya di tiga mitra. Urusan penjualan, Diansyah mengatakan salah satu strategi untuk memasarkan produk Tatuis melalui 12 distributor yang berada di seluruh Indonesia.
Untuk memperluas penjualan, Tatuis juga dipasarkan melalui daring hingga ke bazar. Dari situ penjualannya kini mencapai 10 ribu mukena per bulan. Bahkan, menjelang Ramadhan dan Idul Fitri permintaan meningkat signifikan hingga 40 ribu mukena per bulan.
Bisnis yang dimulai dengan modal kurang dari Rp 100 juta itu kini omsetnya per bulan mencapai Rp 400 juta. Seiring berjalannya waktu, bisnis ini pun berkembang signifikan sehingga menurut Diansyah pihaknya membutuhkan modal untuk pengembangan usaha.
Beruntung, tiga tahun lalu pihaknya mendapatkan pembiayaan syariah dari Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 400 juta, kemudian naik menjadi Rp 600 juta pada pembiayaan berikutnya, dan saat ini pembiayaan yang didapat Rp 2-2,5 miliar.
“Pemilihan menggunakan pembiayaan syariah ini sangat cocok dengan bisnis kami karena sistemnya dengan bagi hasil sehingga bergantung pada kondisi usaha,” ujarnya.
Menyasar segmen kelas menengah ke atas, mukena atuis dihargai mulai Rp 250 ribu hingga Rp 1,7 juta. Dari segi produk, mukena tersebut dibuat dari bahan katun, satin, sutera, dan lainnya. Dengan moto sebagai pelopor mukena dan sajadah fesyen, tidak tanggung-tanggung, Tatuis mengeluarkan produk terbarunya setiap tiga bulan demi memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Saat ini, Tatuis tak hanya memproduksi sajadah dan mukena tetapi juga mulai merambah ke jilbab. Ke depan, Tatuis juga akan memproduksi baju muslim pria atau baju koko dan berharap bisa memasarkan produknya hingga ke luar negeri.
Artikel lain:
Mengapa Bayi Tak Boleh Minum Air Putih?
7 Jurus Agar Rumah Menjadi Kantor yang Nyaman
Tak Ada Alasan Lagi Menolak Kondom, Simak Penjelasannya