Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Umur yang Tepat Mengajarkan Anak Berkompromi

image-gnews
Ilustrasi ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com
Ilustrasi ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seringkali anak ribut karena berebut mainan. Umumnya orang tua meminta anak yang besar untuk mengalah. Lebih baik orang tua mengajarkan anak untuk berkompromi.

Psikolog perkembangan anak, Rose Mini, mengatakan kompromi bisa diajarkan kepada anak sejak usia 4 atau 5 tahun. Di usia ini perkembangan kognitif anak menyangkut hal-hal yang konkret, atau disebut concrete operation cognitive.

Pada periode ini, anak tak akan mengerti jika diberi penjelasan tentang definisi kompromi, negosiasi, atau diplomasi. Karena itu, cara mengajarinya dilakukan dengan bentuk permainan nyata.

Misalnya saat bermain. Tidak jarang anak berebut untuk lebih dulu. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada anak balita hingga anak kelas III sekolah dasar. Untuk anak yang sudah duduk di bangku SD, tentu bisa diarahkan agar berunding, siapa yang main lebih dulu.

Namun, tidak jarang di antara mereka tak ada yang mau mengalah. Inginnya menang sendiri, sebagaimana anak usia TK dan prasekolah. Ketika dua anak berebut, tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, diperlukan keterlibatan orang ketiga. Dalam hal ini, keluarga atau orang terdekat lainnya.

"Misalnya saat main mobil-mobilan, ibu bisa mengarahkan si A duluan lima kali, setelah itu ganti si B," ujar psikolog yang biasa dipanggil Bunda Romi ini, mengilustrasikan kepada Tempo, Jumat lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang ketiga tentu tidak selamanya dilibatkan. Setelah perkembangan interpersonal anak baik, keterlibatan itu harus mulai dikurangi.

Menurut Bunda Romi, mengajari anak berkompromi secara tidak langsung juga melatih anak berdiplomasi dan menumbuhkan rasa empati kepada teman sepermainan dan lingkungan sekitar, yang pada akhirnya mendorong perkembangan interaksi sosialnya.

Apa yang terjadi pada Nia dan Ryan, menurut Romi, bisa saja karena Rachma telah membiasakan sejak dini. Sehingga anak yang masih duduk di kelas III SD bisa berdiplomasi dengan sang kakak untuk dapat bermain origami. Sedangkan sang kakak memiliki rasa empati kepada adik, dan memberinya kesempatan memakai diary.

KORAN TEMPO

Berita lainnya:
Keajaiban Aroma Rosemary buat Daya Ingat Anak 
Loofah, Membersihkan atau Sarang Kuman? Ini Penelitiannya
Mengapa Bayi Tak Boleh Minum Air Putih?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

5 hari lalu

Ilustrasi anak marah-marah. Shutterstock.com
Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.


4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

10 hari lalu

www.graphics.iparenting.com
4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini


Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

13 hari lalu

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.


5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp
5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.


Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Ilustrasi keluarga. (Pexels/William Fortunato)
Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.


Seri Parenting: Deretan Kiat Mengajari Anak Batasan Fisik dengan Orang Lain

22 Juli 2023

Ilustrasi orang tua menemani anak belajar. Pexels.com
Seri Parenting: Deretan Kiat Mengajari Anak Batasan Fisik dengan Orang Lain

Saat tumbuh dari bayi hingga balita, orang tua perlu mulai mengajari anak cara menetapkan batasan fisik dengan orang lain maka ilmu parenting perlu.


Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.


Mengenal Gentle Parenting dan Manfaatnya

12 Juni 2023

Ilustrasi ayah dan anak. Shutterstock.com
Mengenal Gentle Parenting dan Manfaatnya

Gaya pengasuhan gentle parenting mendorong kerjasama keluarga supaya anak-anak mampu mengungkapkan perasaan mereka.


Gaya Parenting: Hal-hal Penting Diajarkan ke Anak yang Memasuki Usia 1 Tahun

20 April 2023

Ilustrasi pesta ulang tahun anak. huffpost.com
Gaya Parenting: Hal-hal Penting Diajarkan ke Anak yang Memasuki Usia 1 Tahun

Sebagai orang tua, gaya parenting dengan beberapa aktivitas sederhana dapat membantu Anda mendorong pertumbuhan dan perkembangan mereka.


Seri Parenting: Cara Mendidik Anak Sensitif Menjadi Disiplin

11 April 2023

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
Seri Parenting: Cara Mendidik Anak Sensitif Menjadi Disiplin

Mendidik anak bukanlah sebuah hal yang mudah, terutama anak sensitif sehingga perlu perhatian khusus agar sang anak tetap disiplin. Lantas, caranya?