TEMPO.CO, Jakarta -Pelaku bullying atau penindasan memiliki keinginan kuat untuk melakukan operasi plastik guna mengubah tampilan fisik dan menaikan status sosialnya. Benarkah demikian?
Anak-anak yang terlibat dalam kasus bullying atau penindasan, baik pelaku maupun korban, kemungkinan memiliki keinginan kuat untuk melakukan operasi plastik dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat sama sekali.
Baca juga :Cara Delevingne: Cantik Itu Tanpa Batas
Peneliti dari Universitas Warwick di Inggris menemukan bukti bahwa pelaku penindasan memiliki keinginan kuat untuk melakukan operasi plastik agar penampilan dan status sosialnya berubah. Demikan pula dengan korban penindasan.
Pada dasarnya, korban penindasan hanya ingin mengubah tampilan yang selama ini menjadi ejekan pelaku penindasan. Keinginan melakukan operasi plastik tersebut didasari atas rendahnya kepercayaan diri.
Setidaknya, 2.800 remaja terbukti terlibat dalam penindasan terhadap teman-teman sebayanya. “Menjadi korban penindasan merupakan bukti dari rendahnya kepercayaan diri seseorang, yang kemudian mendorong dirinya melakukan operasi plastik.
Sementara bagi si penindas, operasi plastik merupakan sebuah taktik untuk meningkatkan status sosial mereka agar terlihat lebih baik dan dapat mendominasi lingkungan.” jelas seorang profesor dari Universitas Warwick, Dieter Wolke.
Sebanyak 752 orang dewasa, termasuk 139 orang yang diidentifikasi sebagai korban bullying, 146 orang sebagai penindas dan 294 orang lainnya merupakan penindas sekaligus korban. 173 orang sisanya tidak terlibat dalam kasus bullying.
Partisipan tersebut kemudian diberi pertanyaan apa tujuan operasi plastik yang dilakukan? Ingin membuat dirinya terlihat lebih menarik atau mengubah bentuk asli bagian-bagian tertentu pada tubuhnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang dewasa yang terlibat dalam kasus bullying, baik sebagai korban maupun pelaku, menunjukkan keinginan untuk melakukan operasi plastik dibanding dengan yang tidak sama sekali terlibat. Keinginan tersebut lebih besar dimiliki oleh korban bullying.
Peneliti menemukan bahwa 11,5 persen korban bullying memiliki keinginan untuk melakukan operasi plastik, sedangkan pelaku bullying hanya berada diangka 3,4 persen dan 8,8 persen sisanya merupakan korban dan pelaku bullying.
Perempuan diketahui memiliki keinginan lebih kuat dibanding laki-laku untuk melakukan operasi plastik tersebut. Dalam sebuah sample group yang diteliti, sebanyak 7,3 persen perempuan sangat ingin melakukan operasi plastik, dimana laki-laki yang ingin melakukannya hanya dua persen saja.
“Keinginan untuk melakukan operasi plastik dalam kasus bullying atau penindasan yang dilakukan orang dewasa bersifat berkepanjangan jika tidak dilakukan dengan segera.” ungkap Wolke.
THE INDIAN EXPRESS | ESKANISA RAMADIANI
Baca juga :
Kiat Bikin Makeup Awet Tanpa Produk Waterproof
Warna Favoritmu Mengungkap Kepribadianmu
Ada Istilah Green Parenting, Apa Itu?