TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Tebet di Jakarta Selatan, merupakan sentra kuliner yang memakai konsep pusat jajanan serba ada. Berisikan para pelaku usaha kecil dan menengah di bidang kuliner. Kehadiran The PSPT Rooftop makin memperkaya kuliner di atas pasar tradisional PSPT.
Berkonsep mirip Pasar Santa yang sama-sama berada di Jakarta Selatan, PSPT Tebet memusatkan diri sebagai tempat nongkrong sembari bersantap. Untuk mencapai lokasinya, kita harus melewati tiga lantai anak tangga pasar tradisional yang terletak di Jalan Tebet Timur ini.
"Banyak pedagang mengeluh sepi karena memang tidak ada yang unik dengan pasar ini. Ditambah masyarakat sekitar seperti lupa punya pasar tradisional dan lebih memilih belanja di pasar swalayan," ujar Gilang, pengelola sekaligus pemilik The PSPT Rooftop, mengenai alasan pembangunannya. Dengan kehadiran tempat makan ini, ia berharap bisa memberikan identitas baru terhadap pasar PSPT.
Semakin dekat, suara musik yang diputar akan terdengar kian nyaring. Demikian halnya dengan aroma dari berbagai macam masakan yang dijual. Begitu sampai di atas, segera kita menjumpai deretan kios beraneka macam menu. Ada yang khusus menjual makanan ringan, minuman, dan makanan berat.
Suguhannya pun rupa-rupa. Dari menu-menu lokal seperti tongseng, tengkleng, nasi goreng, olahan ayam, dan bebek, hingga menu yang belakangan populer semacam sate taichan dan martabak mozzarella.
Di tempat ini pula bisa kita jumpai salah satu menu unik, yakni burger raksasa. Burger seberat hampir 1 kilogram ini disediakan sebagai menu andalan salah satu kedai, yakni Makan Makan. Selain burger raksasa bernama Big Bro, kedai ini menyediakan sajian hotdog hitam raksasa.
Seperti apa ya rupa dan rasa burger berdiameter 25-30 sentimeter itu? Rupanya butuh waktu lebih dari 30 menit hingga burger terhidang di atas meja. Gugun, koki Makan-Makan, mengatakan waktu cukup lama diperlukan untuk memanggang roti burger.
Benar saja, saking tebalnya roti tersebut, rasa panggangan hanya ada di bagian permukaan. Setelah dipotong, ketebalan roti masih mendominasi ketimbang lapisan isinya yang terdiri atas patty daging sapi, telur ceplok setengah matang, kentang goreng, sosis, dan irisan tomat serta selada yang mengisi sekitar 30 persen burger.
Lapisan patty, menurut Gugun, dibuat sendiri beserta saus keju yang menjadi pelapis permukaan patty bersama isian lainnya. Karena ukurannya yang luar biasa, burger seharga Rp 120 ribu ini bisa dinikmati 4-5 orang.
Konsep burger besar ini mengingatkan pada menu serupa di Kafe Sonoma, Bandung. Kafe tersebut punya Big Black Burger. Burger hitam berukuran jumbo berdiameter sekitar 25 sentimeter dengan harga Rp 150 ribu itu berisi tak hanya patty dan sosis, tapi juga mashed potato, chili corn carne, dan saus keju.
Untuk minuman, salah satu yang unik adalah Susu Papa rasa pisang seharga Rp 16 ribu. Rasanya susu berperisa pisang dan disajikan dengan rambut nenek--sejenis harum manis. Minuman Red Dragon Smoothie Bowl di kedai Meals in Bowl pun tak mengecewakan. Dengan harga Rp 20 ribu, buah naga merah yang dilumatkan disajikan dalam kondisi dingin lengkap dengan es krim vanila di atasnya.
Dari sisi harga, menu-menu yang dihadirkan di PSPT Rooftop ini masih ramah kantong. Tempatnya juga tak sepengap Pasar Santa yang lebih tertutup, gelap, dan rapat. Di sini, tempat bersantap lebih bervariasi, seperti meja-meja panjang untuk delapan orang atau meja kecil untuk berdua atau empat orang saja. Pengunjung bisa nyaman berlama-lama karena ada panggung hiburan.
AISHA SHAIDRA
Berita lainnya:
Teh Masala, Manis dan Kental dari India
Lapar? Coba Menu Liwet Beralas Daun Pisang
6 Ramuan yang Bikin Payudara Kencang Secara Alami