TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua yang memberikan aktivitas pada anak dengan mendaftarkannya di tempat kursus. Ada yang ingin membuat anaknya sibuk, memberikan pengalaman ataupun mengembankan bakat anak. Nah sebelum memutuskan kegiatan tambahan bagi anak di luar sekolah, orang tua harus mengenal karakter, minat dan kebutuhan anak.
Psikolog Rose Mini, mengingatkan orang tua hal-hal penting sebelum mengikutkan anak kursus:
- Apakah Anda tahu ke arah mana minat anak Anda?
- Apakah Anda mengenali anak Anda? Kenal di sini bukan tahu nama lengkap serta tanggal lahirnya. Melainkan, apa Anda mengenali kesukaannya dan yang tidak disukainya. Apakah si kecil senang bersosialisasi dengan lingkungan atau kelompok?
- Apakah anak Anda sangat membutuhkan kursus itu?
Langkah berikutnya, menyesuaikan jumlah dan jenis kursus dengan level sekolah si kecil.
1. Kelas 1 dan 2 SD.
Anak usia ini membutuh lebih banyak istirahat dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Baik alam maupun sosial. Idealnya cukup satu kursus per minggu. “Saya punya klien. Anaknya berusia 6 tahun tapi sudah diikutkan kursus tiap hari. Bahkan dalam sehari, anaknya ikut dua kursus dengan alasan daripada anaknya enggak ngapa-ngapain di rumah. Kondisi kejiwaannya tertekan karena si kecil gelagapan memahami materi sebanyak itu,” ujar Bunda Romi.
2. Kelas 3 dan 4 SD.
Usia 8 tahun ke atas, idealnya dua kursus. Kalau pihak sekolah sudah menyediakan kegiatan ekstrakurikuler, maka cukup ikut satu kursus (di luar sekolah) dengan karakter berbeda dari kegiatan di sekolah.
3. Kelas 5 dan 6 SD.
Boleh ikut lebih dari dua kursus namun orang tua patut memperhatikan kegiatan harian si kecil. Misalnya, Selasa dan Kamis, sepulang sekolah, anak mampir di rumah kakek. Jika sepulang dari rumah kakek mesti ikut kursus (lalu disambung dengan belajar di rumah), itu melelahkan. Orang tua patut menilik situasi yang dihadapi si kecil per hari. Pastikan proses belajar di sekolah bagus. Jangan semata mengejar peringkat.
Berita lainnya:
ASIP Boleh Masuk Pesawat, Ini Peraturannya
Riset: Berteriak kepada Anak Sama Bahayanya dengan Memukul
Saran Psikolog Jika Anak Batita Bicara Kasar