TEMPO.CO, Jakarta - Pengumuman SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri membawa kabar menggembirakan. Anak Anda diterima di salah satu perguruan tinggi negeri favorit sesuai dengan jurusan yang diinginkan.
Langkah selanjutnya setelah pengumuman SNMPTN adalah mempersiapkan persyaratan untuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri tersebut beserta biayanya. Mengutip Buku Panduan Perguruan Tinggi 2016 yang diterbitkan Tempo, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan perihal biaya kuliah. Baca: SNMPTN Diumumkan, 101.906 Siswa Lolos ke PTN
Ambil contoh biaya kuliah per semester atau sekarang lazim disebut sebagai Biaya Operasional Pendidikan/BOP di jurusan Ilmu Sosial Universitas Indonesia atau UI pada 2015, yang mencapai Rp 5 juta. Angka ini naik hampir empat kali lipat dari biaya pendidikan 12 tahun lalu. Baca juga: Gagal SNMPTN? Tenang, Masih Ada 128.244 Bangku PTN Melalui SBMPTN
Biaya yang hanya berlaku bagi mahasiswa sarjana reguler itu pun belum termasuk ongkos masuk perguruan tinggi, yang antara lain untuk membeli formulir, uang pangkal, uang jaket almamater, dan lainnya. Artikel terkait: Setelah SNMPTN, IPB dan Undip Terima Mahasiswa Hafiz Al Quran
Kocek yang ditransfer akan semakin besar bila jurusan yang diambil merupakan jurusan favorit seperti ekonomi, kedokteran, psikologi, dan teknik. Biaya masuk atau admission fee jalur reguler program ilmu ekonomi di PTN dapat mencapai Rp 20 juta. Biaya tersebut belum mencakup ongkos beli buku, praktikum, dan penelitian.
Dengan kondisi ini, persiapan dana kuliah memang harus direncanakan sejak dini. Semakin lambat disiapkan, semakin besar potensi kekurangan dana yang dibutuhkan nanti.
Bila kita hanya mengandalkan uang tabungan, dana yang ada takkan pernah cukup. Jika tak habis untuk biaya masuk, saldo tabungan hanya cukup membiayai masa perkuliahan pada semester pertama. Selebihnya, orang tua harus bersusah payah untuk memenuhi plafon biaya kuliah di tiap-tiap semesternya.
Meskipun tidak ada kesepakatan kapan waktu ideal untuk memulai persiapan dana kuliah, namun para orang tua sependapat hal itu harus dilakukan sedini mungkin. Sebab, dengan biaya kuliah yang semakin tinggi, mustahil menyiapkannya dalam waktu cepat.
Perencana keuangan independen Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan jumlah dana pendidikan yang diinginkan menjadi pertimbangan pertama yang harus ditetapkan orang tua saat menyusun persiapan dana kuliah. Tujuannya, orang tua mampu memperkirakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dana pendidikan yang ditargetkan. “Bila jumlah dana dan waktu perolehan diketahui, selanjutnya tentu tinggal mengukur kemampuan finansial dalam berinvestasi,” ujar dia.
Eko menjelaskan rata-rata kenaikan biaya pendidikan saat ini mencapai 10–15 persen per tahun. Sehingga, persiapan dana kuliah memang tidak akan mungkin bisa dilakukan dengan singkat. Semakin dini, jelas bakal semakin baik. Sebab, bila dilakukan dalam waktu lama, jumlah perolehan investasi semakin banyak. “Bahkan, bila perlu disiapkan sejak anak baru dilahirkan,” kata dia.
Namun, jika terpaksa menyiapkan dalam rentang waktu 3-5 tahun atau jangka menengah, Eko menyarankan orang tua menyimpan dalam produk investasi yang tepat. Pengertiannya menunjuk pada produk investasi yang berkinerja baik serta memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Kinerja baik meliputi imbal hasil atau return yang menguntungkan, sementara likuiditas menyangkut kemudahan untuk membuatnya menjadi uang tunai.
Dalam hal ini, properti, tanah dan aset-aset yang tingkat likuiditasnya rendah, tak direkomendasikan sebagai pilihan produk investasi. Sebab, meskipun lebih menguntungkan, jenis produk ini sulit memenuhi kebutuhan keuangan yang mendesak. “Aset berupa emas, reksadana, deposito, dan tabungan menjadi pilihan utama,” ujarnya.
DINA ANDRIANI
Berita lainnya:
Merasa Kesal dan Murung, Anda Wajib Belajar dari Anak-anak