TEMPO.CO, Jakarta - Masalah kesehatan reproduksi perempuan tidak boleh diabaikan mengingat kualitas reproduksi sangat menentukan kualitas generasi berikutnya. Gangguan kesehatan reproduksi perempuan terjadi di semua tahapan kehidupan. Karena itu, sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan medis secara teratur dan deteksi dini.
Perempuan sendiri mengalami berbagai fase reproduksi dalam kehidupannya, mulai masa pubertas, menstruasi, kehamilan, pramenopause, hingga menopause. Dalam masa-masa tersebut, kaum Hawa akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang berbeda di setiap tahapan usia. Baca: Ciri-ciri Haid yang Normal
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan reproduksi meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh. Tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, perempuan juga harus memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Baca juga: Kontroversi Soal Selaput Dara Buatan
Sayangnya, kesadaran bahwa kesehatan reproduksi harus diperhatikan pada setiap tahapan usia masih rendah. Hal ini terbukti dari pasien-pasien yang berkonsultasi mengenai kesehatan reproduksi biasanya sudah memiliki masalah, dari menstruasi yang tidak teratur sampai ketidaksuburan.
“Reproduksi merupakan bagian penting dari kualitas hidup seorang perempuan karena ia akan menjadi ibu dan mengandung anak yang akan meneruskan generasi ke depan. Sistem reproduksi perempuan mencakup seluruh komponen serta mempengaruhi fisik dan sosial seorang ibu,” kata Dr Yassin Yanuar MIB, SpOG, Direktur Utama Bamed Health Care, pada seminar "Sehat Reproduksi Milik Segala Usia" di Jakarta, Selasa, 25 April 2017.
Tiga masalah reproduksi yang paling penting tentu saja menstruasi, kehamilan, dan menopause. Kesehatan yang menyangkut tiga hal itu harus diperhatikan secara benar agar tidak mengalami masalah yang lebih serius.
Masalah reproduksi yang sering dialami wanita usia remaja atau dewasa adalah menstruasi, yakni proses alami yang dilewati perempuan dewasa usia reproduktif secara periodik. “Perubahan siklus menstruasi dapat menjadi tanda adanya kondisi medis tertentu dan dapat mempengaruhi kualitas hidup perempuan. Gangguan menstruasi dapat dialami siapa saja: remaja, dewasa, atau yang sudah menopause,” ujar Dr Dwi Priangga, SpOG.
Setelah menikah, wanita akan mengalami kehamilan. Pada masa ini pula, ia perlu mempersiapkan kehamilannya demi kualitas kesehatan bayi dan dirinya sendiri. Menurut Dr Rully Ayu Nirmalasari SpOG, empat dari sepuluh wanita mengaku kehamilannya tidak direncanakan.
“Persiapan untuk kehamilan atau prakonsepsi idealnya meliputi identifikasi ada-tidaknya faktor kebiasaan, kesehatan, sosial, serta lingkungan yang dapat mempengaruhi kesuburan dan kehamilan, sehingga dapat dilakukan intervensi berupa edukasi hingga terapi yang sesuai,” tuturnya. Tujuannya adalah kesehatan janin dan ibunya baik.
PIPIT
Berita lainnya:
6 Hal yang Bikin Lawan Jenis Tertarik Kepadamu
Emmanuel Macron dan Brigitte, Kisah Cinta Terpaut 24 Tahun