Setelah sang ayah pergi. Carmelita nekat masuk terlibat mengelola perusahaan, sedangkan dua adiknya menjadi komisaris. Keputusan itu diambil, antara lain karena sebagian saham Andhika dimiliki oleh keluarga lain.
Perusahaan sedang tumbuh pesat ketika Hartoto wafat. Hartoto memulai kerajaan bisnis Andhika hanya dengan satu kapal pada 1973.
Sadar diri karena masih pupuk bawang, Carmelita pada 1995 lebih memilih memimpin anak usaha Andhika, PT Adhiraksa. Adapun pengelolaan induk bisnis diserahkan kepada partner. Pada 1997, Carmelita masuk ke jajaran direksi PT Andhika Lines, anak usaha Andhika di bidang pelayaran. Dan setahun kemudian mengambil alih PT Andhini Nugraha, anak usaha Andhika yang bergerak di bisnis pergudangan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Pada 2002, badai menghantam perusahaan. Mitra dan para pemegang saham Andhika pecah kongsi. Aset perusahaan dibagi-bagi. Dan Carmelita hanya kebagian dua kapal: satu tanker dan satu kapal kargo, dari total 33 kapal.
Untungnya Andhika sudah punya tabungan berupa pelanggan setia. Para pelanggan tersebut tidak lari. “Bank-bank juga masih percaya dengan kami,” ujar Carmelita. Kepercayaan pelanggan dan perbankan itu menjadi modal untuk membangun Andhika kembali.
Kini Andhika terus berkibar dengan aneka bisnis. Andhika punya usaha jasa bongkar muat di Pelabuhan Cilegon, Banjarmasin, Surabaya, dan Belawan (Medan). Perusahaan juga punya lini bisnis layanan kargo, terminal pelabuhan, bea dan cukai, serta layanan kru kapal.
Setelah 22 tahun menekuni bisnis logistik dan pelayaran dari nol pengalaman, kini Carmelita memimpin sebuah grup perusahaan dengan 300 lebih karyawan. Usaha warisan sang ayah juga makin berkembang. Bisnis logistik off shore dan curah yang dulu digarap ala kadarnya, kini menjadi salah satu pundulang rupiah utama Andhika. Mereka juga masuk lima besar pengangkut batu bara. Dengan rentetan capaian itu, Carmelita membuktikan betapa bisnis yang tampak maskulin pun tidak mengenal kelamin.
KHAIRUL ANAM
Berita lainnya:
Pesan Menteri Perempuan untuk Kartini Muda
Dian Sastro: Kartini Itu Buandel
Kartini, Antara Kebaya dan Edukasi Habis Gelap Terbitlah Terang