TEMPO.CO, Jakarta - Gejala psikiatri seperti depresi dan kecemasan sering muncul pada pasien dengan berbagai kondisi penyakit, termasuk stroke.
Seperti diungkapkan Spesialis Kedokteran Jiwa dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, Tanggerang Dr Andri SpKJ, bahwa kini sering ditemukan depresi sebagai manifestasi dari kondisi pasca stroke. “Penelitian menunjukkan, hampir 70 persen pasien yang mengalami stroke juga mengalami episode depresi,” katanya dalam acara Neuropsychiatric on Alzheimer Diseases and Depression, di Jakarta 8 April 2017. Ditambahkan juga bahwa hampir 30 persen yang pernah mengalami stroke akan mengalami depresi.
Dengan besarnya prevalensi tersebut, Andri wanti-wanti agar mengantisipasi adanya gangguan perasaan atau depresi, jika kondisi stroke terjadi.
Pada beberapa kasus, kondisi depresi pasca stroke, bisa terjadi dalam dua minggu setelah stroke terjadi. Ini bisa dikaitkan pada masalah disfungsi dan disabilitas dari pasien tersebut.
Menurut Andri, permasalahan depresi pada pasien stroke sebetulnya lebih dikaitkan pada saat rehabilitasi. “Pasien yang mengalami depresi pasca stroke biasanya akan lebih sulit melakukan rehabilitasi, dan ini akan meningkatkan angka mortalitas atau kematian dari pasien stroke sendiri,” katanya.
Sayangnya dari berbagai penelitian, disebutkan bahwa depresi pasca stroke ini jarang didiagnosis atau under diagnosis. Mungkin beberapa dokter menganggap stroke dan depresi ini tidak saling berkaitan. Atau kata Andri, mungkin juga karena gejala-gejala stroke seperti sulit tidur, merasa tidak berdaya dan merasa kelelahan merupakan gejala stroke itu sendiri dan dianggap tidak terkait dengan depresinya. “Ada pula yang mengatakan depresi adalah reaksi normal dari kondisi stroke itu sendiri, padahal tidak demikian,” katanya.
Karenanya, dalam dua minggu pertama setelah terjadinya serangan stroke, diharapkan dokter sudah mampu untuk melakukan skrining awal kepada pasien yang mengalami depresi. Jika diabaikan, maka proses penyembuhan seperti disebutkan dalam presentasinya bisa menjadi lambat, bahkan bisa mundur sampai dua tahun. Belum lagi kualitas hidup yang menjadi buruk, dan risiko kematian pun menjadi lebih besar.
Berbagai terapi depresi ini, kini sudah lengkap tersedia. Kerjasama lintas keahlian, mungkin sangat penting dilakukan. “Pentingnya adalah mengenali gejala segera, karena dengan pengobatan lebih awal, maka terapi akan lebih bermanfaat untuk pasien dan mencegah stroke datang kembali,” katanya.
SUSAN
Baca juga :
8 Pekerjaan Unik tapi Nyata, Anda Berminat?
Psikolog dan Psikiater Itu Tak Sama, Berikut Penjelasannya
Gaji Besar Plus-plus, Hooters Girl: Saya Beruntung