TEMPO.CO, Jakarta - Menopause adalah proses alami siklus fisik dengan berhentinya menstruasi sejalan dengan usia seorang perempuan yang semakin lanjut. Rata-rata perempuan mengalami menopause pada usia antara 40-50 tahun, yang disertai dengan penurunan produksi hormon estrogen secara signifikan.
Perubahan hormonal itu kerap memberi dampak fisik dan psikologis bagi perempuan. Dampak fisiknya mencakup kulit kering dan menipis, rambut rontok, mata kering, kuku lapuk, gusi berdarah, penurunan libido, pengeringan vagina, dan infeksi saluran kencing.
Baca juga : Hati-hati Kawin Cerai Ganggu Tumbuh Kembang Anak
Dampak psikologisnya bisa berupa gejala depresi seperti kecemasan berlebihan, paranoia, mudah marah dan tersinggung oleh hal-hal sepele, merasa dirinya adalah beban, sedih berlebihan, tertekan, dan selalu berpikiran negatif hingga sulit tidur.
Dampak psikologis tersebut harus benar-benar dipantau agar perempuan yang memasuki periode menopause tidak kehilangan semangat hidupnya dan berujung pada keinginan untuk mengakhiri hidup atau penyakit fisik seperti kanker, jantung koroner, dan hipertensi.
Psikolog di RS Awal Bros Tangerang, Cecilia Setiawan, mengungkapkan, lebih dari 50 persen perempuan mengidentikkan menopause sebagai proses negatif. Akibat perubahan hormonal, perempuan menopause cenderung mengalami peralihan suasana hati yang drastis.
Ternyata, lanjutnya, gejala depresi saat menopause lebih banyak terjadi pada perempuan yang memiliki daya adaptasi yang rendah terhadap perubahan. Akibatnya, stres berkepanjangan karena sindrom menopause pun tidak bisa dihindari.
Pada beberapa perempuan, menopause juga disertai dengan perubahan pola makan yang ekstrem, entah menjadi terlalu banyak atau justru kehilangan nafsu makan. Banyak juga yang dihantui insomnia setiap malam, sehingga berujung pada gangguan emosional.
Menurut Cecilia, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala stres saat menopause. Salah satunya adalah melakukan tindakan medis seperti pemberian suntik hormon estrogen untuk terapi meredakan stres.
Cara lainnya adalah memenuhi pikiran dengan bayangan-bayangan positif. Jangan menghantui diri dengan pikiran bahwa proses menopause adalah momok yang bisa menghambat perempuan untuk mencapai kebahagiaan.
Alihkan pikiran negatif dengan bergaul bersama sahabat-sahabat, berbagi ide dengan orang-orang terkasih, atau melakukan perjalanan wisata agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah memperhatikan gaya hidup dan asupan makanan. Hal-hal kecil seperti berkebun, bertamasya, memasak sajian favorit keluarga, yoga, mengikuti kegiatan organisasi keagamaan, dan bersosial akan membantu meredakan stres menopause.
BISNIS
Baca juga :
Manfaat Sayur, Buah dan Ikan pada Ibu Hamil
Risiko Kekurangan Asam Folat di Awal Kehamilan