TEMPO.CO, Jakarta - Radiaz Hages Trianda berusaha tegar setelah didiagnosis mengidap virus HIV. Virus mematikan tersebut ditularkan almarhum mantan suaminya.
Pernah melewati fase gelap dan berhasil bangkit, wanita yang akrab disapa Hages ini membentuk LSM Kuldesak, di mana ia memberi penyuluhan dan menyemangati orang dengan HIV/AIDS atau ODHA agar bangkit dari keterpurukan.
Cerita ini berawal dari kehidupan mantan suami Hages yang pencandu narkoba sebelum menikah dengannya. Pada 2006, Hages melahirkan bayi laki-laki yang ia beri nama Denzel Marvelous. “Empat puluh hari setelah anak kami lahir, mantan suami saya mengidap penyakit aneh,” kata Hages mengenang.
Berat badan sang suami merosot dan mulutnya ditumbuhi jamur. “Ternyata dia positif HIV/AIDS,” ucap Hages.
Saat itu juga Hages menyiapkan mental, karena sebagai pasangan suami istri, mereka tentu berhubungan intim tanpa kondom. “Saya memeriksakan diri. Dugaan saya benar, saya positif HIV/AIDS,” kata wanita 35 tahun ini.
Anaknya pun turut diperiksa. Beruntung hasilnya negatif. “Saya diminta dokter untuk tidak memberinya ASI lagi agar tidak tertular. Dua bulan kemudian, suaminya meninggal dunia.
Pada kurun 2006–2011 Hages seorang diri melawan virus HIV/AIDS. Pada 2011 ia bertemu dengan Samsu Budimanyang juga seorang ODHA. “Kami memilih sesama ODHA supaya tidak ada beban kehidupan,” ujar Hages, yang dikaruniai seorang anak dari pernikahan keduanya dan anak itu bebas virus HIV/AIDS.
Saat berpacaran dengan Budi pada 2011, ia membangun LSM Kuldesak bersama Budi dan beberapa ODHA lainnya. “Awalnya Kuldesak dijalankan sembilan orang, delapan di antaranya ODHA dan satu lagi bukan,” tutur Hages.
Menurut Hages, saat itu LSM yang fokus membantu penderita HIV/AIDS, khususnya di wilayah Depok, masih sangat kurang. “Saya meminjam rumah orang tua Budi untuk dijadikan kantor Kuldesak, sampai sekarang,” katanya.
Sekarang Kuldesak hanya dikelola olehnya bersama suami. Yang lainnya ada yang mengundurkan diri, ada yang sudah meninggal. “Berapa pun pengelolanya, Kuldesak harus tetap ada,” ujar Hages menegaskan.
Untuk biaya operasional Kuldesak, Hages menempuh berbagai cara. “Saya coba mencari dana dengan mengirim proposal kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang fokus ke HIV. Kalau tidak dapat dana, biaya operasional menggunakan uang pribadi saya,” ujar dia.
Filosofi Kuldesak, yang berarti jalan buntu, sesuai dengan kondisi orang yang baru divonis menderita HIV/AIDS, yang seakan mendapati jalan buntu. Di sinilah peran Hages dan LSM-nya, memberi dukungan dan mencarikan mereka jalan keluar yang terbaik.
“Saya pernah ada di posisi mereka. Mengidap HIV/AIDS bukan berarti kehilangan kebahagiaan dan mimpi. Banyak yang putus asa dan mau cepat-cepat mengakhiri hidup, tugas kami mencegah itu,” tutur Hages. Ia meyakinkan ODHA, mereka bisa beraktivitas normal, bisa bekerja seperti orang lain.
Saat ini sekitar 100 ODHA (orang dengan HIV/AIDS) menjadi perhatian Radiaz Hages Trianda. Selain itu Hages aktif memberi penyuluhan tentang bahaya virus HIV/AIDS juga berbagi program-program Kuldesak. Di rumah sakit, puskesmas, universitas, sampai di permukiman padat penduduk. “Ada beberapa daerah di mana saya melihat potensi penyebaran virus HIV/AIDS, lalu saya datangi untuk mencegah penyebaran,” ujarnya bercerita.
Dalam waktu dekat ia akan bekerja sama dengan sebuah komunitas musik reggae untuk membuat acara musik. “Acara musik reggae rata-rata disukai anak-anak muda. Karena konser ini akan didatangi banyak anak muda, saya sekaligus memberi penyuluhan kepada mereka,” tuturnya lagi.
Hages tidak akan berhenti berjuang demi mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS. “Saya senang menjalankan Kuldesak ini. Tuhan membawa Kuldesak ke dalam kehidupan saya bukan tanpa alasan. Saya harus menyelesaikan apa yang sudah saya mulai dengan membagi pengalaman kepada semua orang,” kata Hages menegaskan. Dia terus mengimbau banyak orang agar tidak melakukan seks bebas sebelum menikah, tidak memakai narkoba, dan setia terhadap satu pasangan.
Berita lainnya:
Menelisik Peran Feminisme dalam Evolusi Fashion
6 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Area Kewanitaan
Lily Gunawan, Dokter Gigi yang Banting Setir ke Bisnis Teh