TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dan psikiater, kedua kata ini sering dianggap memiliki makna yang sama, yakni orang-orang yang berkecimpung di bidang kesehatan jiwa. Sebenarnya, kedua profesi ini berbeda.
Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, psikolog diartikan sebagai ahli psikologi. Sedangkan psikologi berarti ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Adapun psikiater adalah dokter yang ahli dalam penyakit jiwa. Jadi, jelaslah bahwa seorang psikiater memiliki latar belakang ilmu kedokteran atau berangkat dari profesi dokter yang kemudian belajar mengenai ilmu psikiatri. Hal ini dibenarkan Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr A.A.A. Agung Kusumawardhani. Agung menyebutkan dasar ilmu yang diserap kedua profesi ini sangatlah berbeda.
"Perbedaannya jelas. Kalau psikolog itu kan mereka dari ilmu tingkah laku. Sementara, kalau psikiater dari ilmu kedokteran. Jadi, belajar dari gangguan, penyakit, kemudian bagaimana mengatasinya," katanya. "Kalau psikolog, mereka belajar dari ilmu perilaku, perilaku-perilaku yang normalnya diterima masyarakat seperti apa sih, seperti itu."
Lebih lanjut, Agung menjelaskan dalam penanganan pasien, yang berhak memberi obat hanyalah psikiater. Psikolog hanya diperkenankan melakukan sejumlah tahapan tertentu seperti mengadakan tes atau konseling. Namun, ketika pasien sudah membutuhkan penanganan lebih lanjut seperti membutuhkan pengobatan, seorang psikolog biasanya akan merujuk pasien untuk ditangani oleh psikiater.
"Biasanya psikolog tahu kalau ini batasannya, ini sudah perlu obat. Kalau sudah perlu obat, psikolog tak bisa memberi obat, dia harus rujuk ke psikiater," ujarnya. Biasanya, psikolog akan membatasi diri di mana kasus-kasus yang bisa ditangani dengan konseling, psikolog akan menangani, tapi bila tidak bisa dengan konseling dia harus ke psikiater.
Agung juga menyebutkan ada saatnya pada titik tertentu psikiater akan bekerja sama dengan psikolog, tentunya, psikolog dengan orientasi klinis. Pasalnya, tidak semua psikolog berorientasi pada masalah klinis. Dalam penanganan, para psikolog diharapkan lebih berperan dalam pelaksanaan tes bagi pasien sebelum mendapat penanganan lebih lanjut dari psikiater.
BISNIS
Artikel lain:
Memahami Kegunaan Vitamin K bagi Tubuh
Mengenal 4 Karakter Orang dan Cara Menghadapinya
Kate Middleton Pakai Rancangan Desainer Favorit Temperley London