TEMPO.CO, Jakarta - Mendengar nama sekolah teknologi informasi, orang akan mendapat kesan bahwa pelajarannya berat dan kurang keren. Mandy Purwa Hartono, direktur pemasaran dari Purwadhika Startup dan Coding School ingin mengubah persepsi tersebut. Itulah yang menjadi alasan dirinya enam tahun silam bergabung di lembaga pelatihan yang didirikan oleh ayahnya, Purwa Hartono, pada tahun 1987 di komplek Roxy Mas, Jakarta Barat itu.
“Itu sebabnya saya masuk ke pemasarannya. Saya ingin mengubah persepsi coding yang dianggap tidak keren, geek ini agar menjadi relevan dengan anak muda,” ujar lulusan Binus University International jurusan pemasaran tersebut. Purwadhika awalnya merupakan lembaga pelatihan teknologi informasi yang menawarkan program pendidikan di bidang hardware design, software design, dan network & communication design untuk para insinyur muda, lembaga-lembaga pemerintahan, perusahaan nasional, internasional, dan juga kepada masyarakat luas yang ingin belajar lebih dalam tentang dunia komputer.
Wanita kelahiran Jakarta tahun 1987 itu berupaya memopulerkan Purwadhika dengan berbagai strategi, di antaranya dengan menerapkan pemasaran digital dan memperbanyak kegiatan edukasi di lokasi yang sesuai dengan segmen Purwadhika. “Kami membuat acara ke kampus-kampus, lalu di co-working space. Kami bikin workshop misalnya cara belajar beriklan di Instagram, search engine optimization. Jadi banyak build event,” kata Mandy yang hobi bermain musik, menyanyi, serta penggemar buku-buku teknologi dan pemasaran ini.
Dia meyakini Purwadhika berhasil di masa depan karena menjadi institusi pendidikan yang fokus di dunia startup. “Kekuatan kami di coding skill. Ayah saya, Pak Purwa adalah seorang software engineer lulusan dari University of Southern California, Amerika Serikat. Dia masih sering mengajar di Purwadhika karena ini ambisinya,” tutur Mandy.
Pola pengajaran di Purwadhika dirancang praktis dengan menitikberatkan pada praktik dan simulasi serta mentoring. Dengan demikian, orang yang tak punya latar belakang pendidikan teknologi informasi sekalipun bisa belajar pemrograman dari nol di lembaganya. Segmen orang-orang non-TI itu yang sekaligus menjadi salah satu pasar sasaran Purwadhika.
“Kami melihat banyak yang bangun startup tapi tidak punya technical background. Mereka kerap sewa orang lalu minta buatkan aplikasi, tapi karena tidak paham malah jadi berantakan," ujarnya. Sebab itu, Mandy menjelaskan, Purwadhika mendorong agar para calon founders startup belajar dulu coding skill sebelum lanjut ke tahap inkubator.
Purwadhika juga punya program inkubasi yang menjamin agar visi para calon founders dalam membesut startup dapat terwujud. “Kami bantu sampai produk mereka jadi, termasuk memberikan mentoring. Banyak founders startup berpengalaman yang menjadi mentor seperti Pak Denny Raharjo dari Kinerja Pay, Jourdan Kamal dari Maubelajarapa.com, tim dari Sinarmas Digital Ventures dan lain sebagainya,” kata Mandy.
Berita lainnya:
Suami Takut Istri, Apa Sebabnya
Benarkah Botox Bikin Ketagihan?
Seniman Erwin Murm Jadi Inspirasi Koleksi Terbaru Mel Ahyar First