TEMPO.CO, Jakarta - Ahli kesehatan mengungkapkan pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) seharusnya mementingkan kecukupan asupan nutrisi makro dan mikro agar balita tak mengalami kekurangan nutrisi.
Hanya saja, menurut pakar riset epidemiologi, khususnya mikronutrien, dari Universitas Indonesia, Dr. Trevino A. Pakashi, MS, PhD, secara umum praktik pemberian MP-ASI di Indonesia, belum optimal. Salah satu tandanya adalah masih ditemuinya kasus anemia pada balita. "Pola pemilihan makanan untuk balita di atas enam bulan tidak cukup memenuhi gizi mikro, salah satunya zat besi yang berdampak anemia," ujar Trevino.
Merujuk pada Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, diketahui, prevalensi anemia pada balita, terutama usia 12-59 bulan, sebesar 28,1 persen. Hal ini berarti anemia mengintai satu dari empat balita.
Trevino mengatakan, balita idealnya membutuhkan asupan zat besi sekitar 7 miligram per hari. Bila pada enam bulan pertama pemberian ASI ekslusif saja mampu mencukupi kebutuhan nutrisi balita, termasuk zat besi, maka setelah usia enam bulan balita memerlukan tambahan berupa makanan pendamping.
"Makanan pendamping ASI misalnya dari susu, atau makanan rumah seperti nasi tim yang ditambah hati atau ayam," ujar Trevino. Anemia merupakan kondisi tubuh kekurangan jumlah sel darah merah. Salah satu penyebab kondisi ini ialah kekurangan mikronutrien berupa zat besi.
Sejumlah penelitian di Asia, Afrika, Eropa, Australia, dan Amerika menunjukkan, konsumsi makanan dengan fortifikasi zat besi atau menambahkan zat besi pada makanan bisa meningkatkan konsentrasi hemoglobin dan menurunkan risiko terjadinya anemia pada anak. Anemia pada anak memiliki sejumlah dampak negatif seperti penurunan kognitif dan anak mudah terkena infeksi.
BISNIS
Artikel lain:
Anak Takut Difoto dan Tak Fotogenik, Selidiki Penyebabnya
16 Hal yang Dipikirkan Cewek saat Bertemu dengan Cowok Ganteng
Anak Sekarang Nyandu Gadget, Psikolog: Tengok Dulu Orang Tuanya