TEMPO.CO, Jakarta - Berolahraga memang menyegarkan badan, tapi jika berlebihan akan mengurangi kesuburan. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Relly Yanuari Primariawan mengatakan aktivitas yang melelahkan tersebut dapat memicu gangguan keseimbangan hormon pada perempuan, terutama pada sistem pusat hormonal di otak.
Menurut Relly, latihan berlebihan merupakan bentuk obsesi. Akibatnya, persepsi otak alias hypothalamus yang berperan memproduksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) terganggu. Padahal GnRH bertugas merangsang kelenjar hipofisis yang terletak di otak untuk memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). FSH berperan dalam proses pematangan sel telur di dalam indung telur, sedangkan LH bertugas merangsang pematangan sel telur dan mengatur proses pelepasannya serta pelepasan indung telur alias ovulasi.
Artikel terkait:
6 Penyebab Wanita Sulit Hamil
Olahraga Keras Bikin Pria Berlibido Rendah
Berbagai Jenis Olahraga dan Risikonya buat Ibu Hamil
Karena keseimbangannya terganggu, produksi FSH dan LH menjadi berkurang. Akibatnya, proses produksi sel telur yang matang oleh indung telur (ovarium) menjadi berantakan dan mengganggu siklus haid. “Lama-lama haid tidak terjadi antara tiga bulan dan satu tahun,” tutur dokter yang berpraktek di Klinik Fertilitas Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, ini.
Efek yang sama berlaku pada kaum Adam. Dokter spesialis andrologi Johannes Soedjono mengatakan olahraga berlebihan bisa menyebabkan tiga masalah pada pria, yakni meningkatnya kortisol (hormon stres), produksi hormon pria alias testosteron menurun, dan terbentuknya radikal bebas. “Dua hal terakhir inilah yang berkaitan dengan kesuburan,” ujarnya.
Terbentuknya radikal bebas diyakini bisa menyebabkan sperma rusak sehingga bentuknya tak normal. Akibatnya, gerakan sperma tak gesit. Padahal sperma harus berenang lincah untuk menuju sel telur sehingga bisa terjadi proses pembuahan.
Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan berpendapat sama. Menurut dia, olahraga berlebihan bisa memicu stres oksidatif sehingga radikal bebas yang diproduksi semakin banyak. Dampaknya, tubuh makin membutuhkan antioksidan untuk melawan. “Radikal bebas ini yang mempengaruhi kadar testosteron lelaki,” ucapnya.
Nugroho menuturkan, seorang pasiennya pernah mengalami hal itu. Saat datang, pasien yang berprofesi sebagai aktor itu mengeluh karena sulit punya anak. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar testosteronnya sangat rendah. Padahal gaya hidupnya sehat, rajin berolahraga, dan umurnya masih muda. Ternyata, setelah konsultasi, diketahui sang pasien kebanyakan berolahraga. ”Berolahraga sampai empat jam dalam satu sesi itu overtraining,” ujarnya.
Menurut Johannes Soedjono, olahraga berlebihan dapat membuat jumlah sperma berkurang separuhnya dalam waktu tiga bulan. Pengurangan jumlah ini sebenarnya tak bermasalah jika masih memenuhi kuota. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 menyebutkan standar konsentrasi sperma pria berjumlah 15 juta. “Enggak jadi masalah kalau berkurang separuhnya, asalkan masih berkisar 15 juta,” katanya.
Tak hanya disumbang dari aktivitas fisik, Johannes menjelaskan, masalah kesuburan pada pria juga dipengaruhi gaya hidupnya. Merokok dan minum alkohol; menggunakan celana ketat atau mandi sauna sehingga menyebabkan kulit testis panas; serta penyakit varigokel, yakni varises di pembuluh darah testis, bisa mengurangi kesuburan. Karena itud, ia menyarankan lebih baik menghindari faktor yang menimbulkan risiko tersebut.
Agar tak latihan berlebihan, menurut Relly Yanuari, idealnya olahraga dilakukan dua-tiga kali sepekan masing-masing selama 30 menit hingga satu jam. Kalau lebih dari itu termasuk dalam kategori berlebihan, apalagi tanpa jeda. “Ini berlaku untuk semua cabang olahraga, tanpa kecuali,” ujarnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA), NUR ALFIYAH
Berita lainnya:
4 Mitos Pengaturan Keuangan
Kiat Tampil Memikat dengan Bulu Mata Palsu
Mengenali Gejala Kanker yang Paling Umum Menyerang Anak