TEMPO.CO, Jakarta - Komeng, 34 tahun, sigap menerima panci berisi mi Samyang yang baru direbus rekannya. Dia lalu mencampurnya dengan kocokan telur, daging cincang, dan bumbu. Tak lama, koki Martabak Yuk ini melebarkan adonan martabak telur di atas meja, kemudian memindahkannya ke atas wajan datar berisi minyak panas. Adonan seporsi martabak Samyang siap dibuat.
Pedas tapi bikin ketagihan. Biasanya itu respons dari mereka yang mencoba mi Samyang asal Korea Selatan. Di Indonesia, mi ini tengah populer dalam setahun terakhir. Ketenarannya didukung oleh adanya tantangan makan mi Samyang tanpa minum atau disebut Samyang challenge yang diunggah ke YouTube.
Sebagai salah satu perintis martabak telur isi Indomie, Martabak Yuk, yang terletak di kawasan Jakarta Selatan, melirik mi Samyang sebagai terobosan baru. Martabak Samyang pertama kali dikenalkan lima bulan lalu. “Awalnya kami buat martabak Indomie, lalu ada yang menanyakan Samyang,” ucap Komeng.
Di Martabak Yuk, adonan martabak Samyang terdiri atas dua bungkus mi Samyang dan tiga butir telur. Hasilnya, martabak jadi jauh lebih tebal daripada martabak telur biasa. Cita rasa adonan daging cincang serta bumbu yang manis dan gurih mendominasi, sampai-sampai rasa pedas khas Samyang tak muncul.
Biasanya, menurut Komeng, jika pembeli ingin racikan bumbu lebih terasa, peracik akan member tambahan cabai. Seporsi martabak Samyang dibanderol Rp 140 ribu. Meski harganya lumayan mahal, dalam sehari Martabak Yuk bisa menjual 15 porsi martabak Samyang.
Komeng meracik sendiri resep martabak Samyang. Tak butuh waktu lama untuk bisa menemukan perpaduan yang pas. Meski harga jual produk itu tinggi, Komeng berani mengadunya dengan martabak lain yang sejenis, terutama dari segi bahan yang digunakan. Dia pun memastikan mi Samyang yang dipakai sudah bersertifikat halal.
Rasa pedas juga bisa didapat dari martabak Samyang mozarella ala kedai Martabak Rakyat di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Ukuran martabak Samyang buatan Martabak Rakyat lebih tipis. Adonannya hanya menggunakan sebungkus mie Samyang. Yang istimewa, Martabak Rakyat menawarkan beberapa level kepedasan. Selain itu, bagian atas martabak disirami dengan lelehan keju mozarella serta irisan nori.
Martabak Samyang ala kedai Martabak Rakyat di Satrio, Kuningan, Jakarta. TEMPO/Nufus Nita Hidayati
Lapisan keju ini memberikan sensasi berbeda. Sekali gigit, tiga lapisan, yang terdiri atas keju, kulit martabak, dan mi Samyang, memenuhi mulut bersamaan. ”Pedasnya dapet,” tutur Isma, penikmat martabak Samyang. “Kulit kejunya terasa, bercampur baik sama mi-nya.” Tapi, menurut dia, harga seporsi martabak Samyang, yang dipatok Rp 100 ribu, terhitung mahal.
Ivan, pemilik Martabak Rakyat, mengatakan kesulitan menjaga cita rasa pedas Samyang ketika pertama kali meracik campuran martabak tersebut. Resep yang ideal baru berhasil ditemukan setelah melalui beberapa percobaan. “Banyak yang kepedasan dan masih merasakan rasa Samyang-nya,” ujar dia.
Ia menyatakan martabak Samyang mozarella merupakan menu favorit kedua setelah martabak sapi mozarella. Harga martabak Samyang menjadi yang termahal di antara deretan menu martabak telur. Martabak Rakyat menyediakan meja dan kursi agar pembeli bisa langsung menikmati martabak di lokasi. Ada tiga meja dengan masing-masing empat kursi terpasang. Ruangannya bisa menampung 12-15 orang. Dengan berbagai inovasi martabak telur, kini tak cuma martabak manis yang bisa naik kelas.
AISHA SHAIDRA
Berita lainnya:
8 Etika Saat Memenuhi Undangan
Michelle Obama Punya Saingan Penggemar Fashion
Cek Kebiasaan yang Bikin Kerjaanmu Tak Juga Tuntas