TEMPO.CO, Jakarta - Teksturnya yang lembut dan empuk serta rasanya yang manis membuat kue poffertjes tak mudah dilupakan. Kenikmatan si mungil poffertjes pun langsung terasa lumer di mulut. Poffertjes, biasanya berisi enam sampai delapan potong per porsi dan disajikan sebagai teman minum kopi atau teh pada pagi atau sore hari.
Di negara asalnya, Belanda, kue ini tidak hanya menjadi penganan khas saat ulang tahun sang ratu, tapi juga sebagai lambang keakraban keluarga. Penganan ini sampai ke Indonesia lewat tangan para meneer dan mevrouw yang sempat menjejakkan kaki di bumi Nusantara pada masa penjajahan.
Selama ratusan tahun dan turun-temurun, resep khas orang-orang dari Negeri Kincir Angin itu terus bertahan, baik dalam bentuk aslinya ataupun kreasi baru dengan tambahan berbagai isian dan topping atau hiasan luar yang unik. Selain gula halus, kini juga dikenal aneka topping untuk poffertjes, seperti stroop atau sirop dalam bahasa Belanda, slagroom atau whipped cream, dan aardbeien atau stroberi. Bahkan kini beberapa supermarket menyediakan adonan instan untuk membuat poffertjes.
Adonan dasarnya tetap sama, yakni terigu, telur, mentega, susu, dan zat pengembang. Bentuknya juga semakin beragam dan namanya unik-unik, meski dari resep dan cara pembuatannya kita meyakini bahwa beberapa kue ini adalah adaptasi dari poffertjes.
Kini, ketika para penggemar sajian kuliner di kota-kota besar, seperti Jakarta dan sekitarnya, mulai menggali kembali berbagai resep unik dari masa lalu agar poffertjes menjadi populer lagi. Berdasarkan penelusuran Tempo, poffertjes hampir ada dalam setiap menu di sejumlah restoran yang menyajikan hidangan khas Indonesia tempo dulu. Bahkan sebuah restoran cepat saji menghidangkan poffertjes sebagai salah satu menunya.
Berita lainnya:
Tiga Pemanis Alami Selain Gula Pasir
Poffertjes Asal Belanda di Dapur Anda
Biar Tahan Lama Simpan Makanan Ini di Freezer