TEMPO.CO, Jakarta - Hamil anggur merupakan salah satu kekhawatiran bagi perempuan, khususnya yang sedang berupaya segera punya keturunan. Apa sebenarnya hamil anggur? Dan benarkah hamil anggur bisa menjadi kanker yang mengancam keselamatan ibu?
Dokter kandungan RA. S. Danis Wati Utari, dari Rumah Sakit Umum Bunda Cikini, Jakarta menjelaskan tentang hamil anggur. Secara sederhana, hamil anggur diartikan sebagai kehamilan yang tidak wajar di mana sebagian atau keseluruhan vili korialis (bagian plasenta yang nantinya dihuni janin) mengalami degenerasi hidropik berupa gelembung-gelembung yang menyerupai buah anggur.
Gejala hamil anggur mirip dengan kehamilan pada umumnya. “Gejala itu diantaranya terlambat haid, mual, dan muntah yang frekuensinya lebih hebat daripada kehamilan normal," kata Danis.
Gejala lain, terjadi perdarahan pervaginam dan keluar gelembung-gelembung pada stadium lanjut. Selain itu, rahim berkembang lebih cepat dan lebih besar daripada umur kehamilan. "Melalui cek laboratorium kita akan tahu bahwa kadar beta HcG pada ibu yang hamil anggur melebihi kadar normal,” ujar Danis.
Pada beberapa kasus, gejala hamil anggur bisa disertai tensi tinggi hingga mengalami kejang dan timbul preeklamsia. Anehnya, bila si ibu menjalani pemeriksaan USG, tidak didapati keberadaan janin. Jika dideteksi maupun didengarkan dengan alat, tidak terdengar detak jantung si kecil. Dan jika perut ibu dipegang, dokter tidak menemukan bagian janin atau gerakan janin.
Ada penelitian medis di negara berkembang berdasar hospital-based. Di negara maju seperti Amerika Serikat misalnya, kasus hamil anggur 1:1450 sampai 1:2000 persalinan. Di Italia, 1:1.642 persalinan. Sementara di Jepang 3:2000 persalinan. Sementara di Indonesia, kasus hamil anggur 1:500 persalinan.
Hamil anggur atau dalam bahasa medisnya molahidatidosa. Hamil anggur bisa saja menjelma menjadi tumor ganas dan kanker. Menurut Danis, hamil anggur termasuk tumor jinak. Sekitar 10-30 persen ada yang bertransformasi jadi tumor ganas, dalam istilah medis, TTG (tumor trofoblas gestasional).
“Keberadaannya dapat terdeteksi sejak dini melalui tindak lanjut pascaevakuasi (kuret)," kata Danis. Maksudnya, kita bisa menindaklanjuti dengan mengecek kadar beta HcG, pembesaran rahim ibu, ada perdarahan atau tidak, ada metastase (penyebaran kanker dari situs awal ke tempat lain di dalam tubuh) dan faktor-faktor lain. Jika kadar beta HcG sesuai kurva regresi dan tidak ada tanda-tanda yang bersifat negatif, maka tindak lanjut medis diteruskan sampai 12 bulan.
Jadi setelah evakuasi (kuret), ibu sebaiknya tidak hamil dulu sampai setahun ke depan. Umumnya menjalani kuretase dua kali. Pertama, menjalani kuret vakum, dan kedua, kuret dengan sendok kuret. Itu dilakukan dua minggu setelah kuret yang pertama. "Kemudian ditindaklanjuti dengan kemoterapi jika hamil anggur ini mengganas,” kata Danis.
Dia menjelaskan seseorang yang terdeteksi mengidap hamil anggur tak perlu khawatir. Sebab, setelah hamil anggur ditangani secara tuntas, dia bisa hamil lagi secara normal. Hanya saja, ada kecenderungan jika memiliki riwayat hamil anggur, maka kehamilan berikutnya bisa jadi hamil anggur lagi.
Yang patut digarisbawahi, kata Danis, terapi hamil anggur adalah kuret yang tidak ada efek sampingnya. Danis berbagi pengalaman saat menangani pasien hamil anggur. “Saya kedatangan pasien yang hamil 18 minggu. Dia rajin kontrol tapi belum pernah menjalani pemeriksaan USG," katanya.
Satu ketika, pasien ini datang dan ingin melakukan USG. Setelah dianalisa ternyata tidak ada bayi, melainkan gelembung-gelembung. Kemudian saya merekomendasikan kuret. "Kami follow up selama 12 bulan. Hasilnya bagus,” ujarnya.
Hamil anggur bukan hanya disebabkan kekurangan beta karoten (vitamin A). “Faktor usia misalnya mengandung pada umur kurang dari 20 tahun atau umur lebih dari 35 tahun patut diperhatikan," kata Danis. Kemudian masalah gizi, semisal kurang protein, asam folat, histidin, serta beta karoten, dan riwayat obstetri (pernah hamil anggur atau hamil kembar.
Berita lainnya:
Cara Mengatasi Konstipasi pada Bayi
3 Penyebab Kematian Ibu Saat Melahirkan
Bayi Menangis Terus, Terapkan 9 Jurus Menenangkannya