TEMPO.CO, Jakarta - Demi mengejar impian menjadi pengusaha, Tonny Rusli rela melepas kariernya sebagai asisten di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Tonny lantas menjajal peruntungan dengan membuat usaha agensi periklanan, lalu beralih ke bisnis wedding organizer, dan akhirnya banting setir ke usaha roti.
Tonny mengaku kedua bisnis yang pernah ditekuninya tak sesuai dengan minatnya. “Impian saya sejak kecil adalah membuka toko roti,” ucap lulusan Jurusan Akuntansi Universitas Tarumanagara ini.
Keinginan Tonny menggeluti bisnis roti boleh jadi terinspirasi ayahnya yang mengelola toko roti bernama Bread City, yang sudah berjalan 20 tahun dan memiliki 6 cabang. “Jadi, saya memang diproyeksikan keluarga untuk menjadi pengusaha. Tetapi saya diwajibkan belajar dengan menjadi karyawan orang lain dulu sebelum memiliki bisnis sendiri,” tutur Tonny.
Mengawali bisnis roti, Tonny mengajak adiknya, Yunita. Agar bisa bersaing, Tonny mencari sesuatu agar roti buatannya berbeda dari toko roti lain. “Mama saya yang terkena kanker menjadi inspirasi kami untuk mengusung tema roti sehat. Roti sehat versi kami adalah roti yang memakai bahan pilihan dan tidak berpengawet,” kata Tonny.
Tonny mengklaim roti buatannya lebih lembut karena hampir semua bahan yang digunakan, mulai dari tepung, mentega, hingga cokelat, diperoleh dari impor. Walaupun tanpa pengawet, dijelaskan Yunita, rotinya bisa bertahan 2-3 hari asalkan disimpan dalam keadaan tertutup dan diletakkan di kulkas. Saat ini ada sekitar 80 jenis roti manis yang dijual di Babe Bakery. “Selain menawarkan roti manis, Babe Bakery juga menjual roti tawar, donat, dan kue ulang tahun sesuai pesanan,” ujar Yunita.
Tonny bercerita, dia dan adiknya mengawali bisnis roti dengan modal Rp 50 juta yang digunakan untuk membeli satu oven, satu proofer, dan satu mixer. “Awalnya kami tidak punya gerai seperti ini. Jadi roti kami buat di rumah dengan resep buatan kami sendiri, lalu pemasaran kami lakukan melalui Instagram, serta dengan membagikan roti ke teman-teman,” tuturnya.
Tak disangka, lanjut Tonny, teman-temannya menyukai roti buatannya. Pesanan pun mulai berdatangan sehingga ia memutuskan membuka toko dengan nama Babe Bakery.
Pada Agustus 2015, Tonny membuka gerai pertama di Jakarta. Lantaran tanpa pengawet, Tonny dan Yunita sempat pusing lantaran harus menarik rotinya dengan cepat, khawatir telanjur basi. Mereka punya kebijakan tidak menjual roti yang tidak terjual pada hari sebelumnya untuk menjaga kualitas dan kredibilitas toko rotinya di mata konsumen. “Namun setelah rotinya perlahan mulai dikenal, kini perputaran penjualannya mampu melampaui kecepatan penarikan rotinya,” ujar kelahiran Bangka, 24 Agustus 1976 ini.
Empat bulan setelah gerai pertama dibuka, Tonny membuka gerai kedua di Lampung bermitra dengan temannya. Menurut Tonny, pasar di Lampung cepat merespons. Persaingan di kota ini pun belum seketat di Jakarta, sehingga ia memutuskan membuka gerai ketiga.
Dalam hal strategi penjualan, Tonny mengemukakan, Babe Bakery sengaja menawarkan harga terjangkau berkisar Rp 5.000-8.000 untuk roti manis, agar masyarakat terbiasa dulu mengonsumsi roti sehat. “Untuk pemasaran, kami memilih dari mulut ke mulut dan menggunakan media sosial,” ujarnya. Kini per harinya Babe Bakery yang mempekerjakan 25 karyawan, memproduksi 500-700 roti yang bisa meningkat berkali-kali lipat bila hari libur nasional.
Selain menekuni bisnis roti, ke depan dua bersaudara ini berencana membuka Bakmi Babe, yang menyajikan bakmi bebas pengawet, serta layanan delivery sendiri bernama Bari atau Babe Delivery.
Berita lainnya:
Apakah Anda Termasuk Toxic Parents?
Kulkith, Sepatu Cantik dari Limbah Batik
Ada Peniti di Gaun Kerry Washington, Ditujukan Buat Trump