TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki rumah boleh jadi target Anda tahun ini. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya Anda mengetahui kriteria lokasi rumah yang sehat itu seperti apa. Harapannya, agar rumah yang Anda miliki betul-betul memberikan suasana nyaman dan menyehatkan.
Pada situasi sekarang, menemukan lokasi rumah sehat dengan akses mudah ke ibu kota seperti mencari jarum di tengah jerami. "Untung-untungan sekarang kalau cari lokasi rumah strategis dan sehat," ujar arsitek Sigit Kusuma Wijaya, Jumat, 13 Januari 2017. Di luar perkara mahalnya harga lahan, Sigit mengatakan, idealnya lokasi rumah itu dekat dengan lingkungan kerja dan fasilitas umum. Dengan begitu penghuni tidak perlu menghabiskan banyak tenaga menuju tempat-tempat tersebut.
Cara ini pun, dinilai Sigit, secara tak langsung membantu berperan mengurangi polusi asap kendaraan. Kemudian lokasi rumah patutnya berada di kawasan yang masih jarang rumah maupun bangunan-bangunan komersial lainnya. Sigit mengatakan memiliki rumah di kawasan seperti ini cenderung tenang dan sehat karena jauh dari kebisingan dan polusi. "Tentu rumah sehat itu memiliki halaman yang luas. Inilah faktor yang harus dipenuhi," ujarnya.
Halaman yang luas, imbuh Sigit, memberikan beragam manfaat bagi penghuni rumah. Di sana mereka bisa memanfaatkan untuk menanam tanaman-tanaman yang berfungsi menghasilkan oksigen berkualitas.
Sementara itu penulis arsitektur Imelda Akmal dalam bukunya Rumah Mungil Yang Sehat mengatakan dilihat dari lokasinya, rumah sehat adalah rumah yang berada di lingkungan hijau, bersih, dan iklim serta temperatur yang ideal.
Disarankan Imleda, sebelum membeli tanah atau rumah, sebaiknya Anda cermati terlebih dahulu peruntukan lokasi tapak di wilayah tersebut hingga 10 tahun ke depan. Informasi ini, tuturnya, bisa didapatkan dari data Rencana Umum Tata Ruang Kota atau Daerah. Melalui hal tersebut, Anda bisa memperhatikan peruntukan kawasan tersebut untuk pemukiman atau fungsi lainnya.
Setelah itu perhatikan lingkungan sekitarnya apakah pada radius sekitar dua kilometer terdapat pabrik, bandar udara, rel kereta api, atau pembuangan sampah. Sebab tempat-tempat tersebut harus dihindari jika ingin memiliki rumah di lokasi sehat.
Area industri, umpamanya, mengeluarkan gas yang seringkali beracun dan berbahaya. Limbah industri pun sering mencemari air, tanah, dan lingkungan. Kemudian, bandar udara dan rel kereta api memiliki kebisingan yang sangat tinggi. Selain mengganggu pendengaran, kebisingan itu juga mengakibatkan penghuni sulit berkonsentrasi, tidur nyenyak serta depresi.
Permasalahan lainnya, di Indonesia sebagai wilayah tropis, suhu rata-ratanya mencapai di atas 30 derajat celcius dan kelembapan udaranya sekitar 80 persen. Hal tersebut tidak begitu baik bagi penghuni. Menurut Imelda, agar mencapai iklim ideal di dalam rumah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain mengolah rancangan atap, dinding, jendela agar mengurangi kelembapan dan menurunkan suhu udara. Di samping itu, iklim yang kelembapannya sang tinggi, juga memudahkan nyamuk berkembang biak.
Nyamuk berpotensi membawa beragam penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan kaki gajah. Tak hanya itu, udara yang panas membuat penyakit seperti disentri, tifus mudah menyebar. Berkaca pada permasalahan ini Imelda menyarankan Anda agar memilih lokasi rumah yang memiliki sinar matahari yang baik, hangat, tetapi cukup sejuk di malam hari. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah ketinggian dataran.
Tinggi tanah ideal untuk rumah di daerah tropis adalah 200 meter di atas permukaan laut untuk menghindari nyamuk dan lalat. Imelda menuturkan jika memilih rumah dekat pantai, hendaknya memiliki ketinggian lantai minimum satu meter di atas gelombang tertinggi air laut.
Berita lainnya:
Coba Pola Diet yang Disepakati Para Ahli
Botoks yang Tidak Tepat Hanya Berujung Kegagalan
Apa yang Membuat Karyawan Bahagia di Tempat Kerja?