TEMPO.CO, Jakarta - Sudah lumrah jika orang tua memberikan fasilitas Internet kepada anak meski masih balita. Berbagai alasan melatarbelakangi sikap para orang tua melakukan ini, seperti rasa sayang, khawatir anak jadi gagap teknologi, serta supaya anak tenang dan terhibur.
Memang boleh-boleh saja orang tua memberikan fasilitas itu kepada anak, tapi jangan lupa peran dan tanggung jawab mendampingi mereka saat berselancar di dunia maya. Bimbingan orang tua penting agar anak tidak tersesat dan cerdas dalam memanfaatkan fasilitas digital.
Nah, coba cari tahu, apakah anak sudah Anda tergolong cerdas dalam memanfaatkan fasilitas digital? Berikut ini empat ciri anak cerdas digital menurut pegiat pendidikan Najeela Shihab.
1. Bisa bersikap kritis
"Kritis, berguna untuk masa depan anak. Anak seusia prasekolah pun sudah bisa mengakses tempat-tempat informasi. Tapi orang tua harus mengajarkan agar anaknya tetap kritis setiap melihat sesuatu," ujar Najeela saat menghadiri seminar #BlueRoomID di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2016.
"Misalnya, informasi yang tersaji benar-tidak, ya, informasi sudah lengkap atau belum. Sederhananya, anak saat menonton televisi bisa tidak membedakan antara iklan dan tayangan yang sedang ditontonnya. Kadang anak enggak tahu mana iklan dan mana bagian dari tontonannya."
2. Menerapkan prinsip-prinsip keamanan
Najeela mengibaratkan Internet seperti pasar, sehingga anak-anak usia 3-5 tahun, misalnya, tak mungkin berkeliaran sendirian di sana tanpa pengawasan orang tua.
"Internet sudah seperti pasar. Sama seperti kita mengajarkan anak kita ke pasar, kita kan enggak langsung melepas dia sendirian, apalagi usia 3-5 tahun. Anak butuh bimbingan," ujarnya.
Orang tua, tutur Najeela, harus mempersiapkan diri anak, baik secara kognitif, emosional, maupun sosial, sebelum memperbolehkannya mengakses Internet. "Ketika kita sudah melihat anak bisa memakai internet, berarti dia sudah bisa selamat. Padahal untuk dia bisa memakai alat, sekadar menyalakan, mencari sesuatu, tanpa kesiapan anak secara sosial, emosional, dan kognitif, beda banget. Itu butuh persiapan. Sama seperti kita melatih anak bisa naik sepeda, berenang," katanya.
3. Anak mampu berkreasi
"Kita enggak mau anak-anak hanya jadi orang yang mengkonsumsi pesan. Tapi, bagaimana supaya dia juga membikin konten, menjadi orang yang kreatif berkontribusi untuk orang banyak. Belajar buat video sederhana. Kita bisa menjadi contoh. Mencoba aplikasi baru, menciptakan kreasi kita," ucap Najeela.
4. Mampu berkolaborasi
"Pentingnya anak-anak bisa berkolaborasi. Anak-anak bisa belajar dengan berbagai anak di seluruh dunia. Bekerja sama dengan yang lain," ujar Najeela.
ANTARA
Berita lainnya:
Restoran 'Perompak' Nan Elegan
Percantik Kulit dengan Air Cucian Beras
Kiat untuk Menjaga Nyala Api Cinta Menurut Saran Ilmuwan