TEMPO.CO, Jakarta - Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat jarang terdeteksi pada masa kanak-kanak. Biasanya gejala penyakit ini baru diketahui ketika pengidapnya sudah masuk fase remaja atau akhir usia 20-an. Padahal, jika bisa diidentifikasi sejak awal, orang tua dan petugas medis terkait dapat memberikan pertolongan pertama.
Skizofrenia akan mengganggu kemampuan berpikir anak serta mengakibatkan halusinasi dan delusi. Gejala yang biasanya dialami adalah anak mudah emosi, sering melakukan kekerasan, dan mengisolasi diri dari lingkungan. Adapun penelitian untuk mengetahui penyebab skizofrenia masih terus dikaji. Tidak mungkin faktor tunggal karena gangguan mental ini juga berkaitan dengan lingkungan dan genetika.
Berikut ini beberapa fakta tentang skizofrenia pada anak, seperti dilansir laman Boldsky.
1. Genetika
Genetika mempengaruhi perkembangan skizofrenia pada anak-anak. Jika memiliki orang tua atau saudara yang mengidap skizofrenia, kemungkinan anak mengidap skizofrenia adalah 10 persen. Namun bukan berarti jika orang tua mengalami skizofrenia lantas anaknya dipastikan mengalami masalah yang sama. Memang genetika bisa menjadi faktor penyebab skizofrenia, tapi belum tentu diturunkan.
2. Struktur otak
Jika anak memiliki struktur otak yang abnormal, ia berpotensi mengalami skizofrenia.
3. Lingkungan
Terkadang faktor lingkungan memainkan peran penting dalam menyebabkan penyakit kejiwaan kronis ini. Menurut beberapa penelitian, ditemukan bahwa wanita hamil dengan tingkat stres tinggi dapat menyebabkan skizofrenia pada keturunan mereka.
Selain itu, lingkungan yang memicu skizofrenia, misalnya terjadi infeksi virus di dalam rahim, kehilangan orang tua pada masa kecil, anak mengalami kekerasan fisik, menderita infeksi virus saat bayi, dan kadar oksigen yang rendah selama persalinan.
Adapun gejala yang muncul dari skizofrenia antara lain
1. gejala pada usia di bawah 3 tahun (batita) berkaitan dengan fase perkembangan awal anak, seperti terlambat merangkak, telat bicara dan berjalan, dan lengan mengepak;
2. gejala pada usia remaja, misalnya turunnya prestasi di sekolah, sulit tidur, depresi, mudah marah, dan penurunan motivasi;
3. gejala menjelang usia dewasa akan lebih kentara lagi, yakni sering mengalami halusinasi, delusi, perilaku yang serampangan, gerakan berlebihan, dan tidak peduli pada lingkungan.
Jika anak menunjukkan gejala kebiasaan makan yang aneh, tidak bersosialisasi, paranoid, ketinggalan dalam pelajaran, memiliki ketakutan yang aneh dan berlebihan, menganggap mimpi adalah kenyataan, sebaiknya segera konsultasi ke dokter.
DINA ANDRIANI
Berita lainnya:
Persiapan Penting Sebelum Fitting Pakaian
Membaca Penyebab Perempuan yang Mendadak Jadi Pendiam
Pria Wajib Tahu, Apa Alasan Sebenarnya Dia Menerima Pinangan Anda