TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki usia 30 kadang membuat seseorang menilai diri sendiri. Kadang bertanya-tanya kepada diri sendiri: sudahkah saya bahagia, apakah ini hidup yang saya inginkan, dan sebagainya. Memikirkan hal tersebut dapat membuat Anda melihat ke belakang, apa saja yang telah Anda lewatkan.
Praktisi Kesehatan Holistik Reza Gunawan mengatakan manusia sering berpikir bahwa selalu ada yang kurang pada dirinya sehingga tidak mensyukuri dan merasa terjebak dengan anggapan-anggapan negatif yang sebenarnya telah dipupuk oleh diri sendiri.
“Untuk itu, sangat perlu yang namanya ‘perjalanan apresiasi diri’, di mana seseorang harus menerima secara penuh atas kelahirannya ke dunia tanpa mempertanyakan hal yang lebih berat untuk apa kita hidup,” tuturnya di Jakarta, Rabu, 30 November 2016.
Reza menerangkan, tidak mudah bagi seseorang menerima dirinya sendiri, sehingga melakukan hal-hal untuk menutupi jati dirinya agar merasa lebih nyaman dalam menjalankan hidup dan diterima oleh sosial.
“Kita harus mampu melatih kembali diri sendiri dengan melakukan ‘mindfullness’. Pasti kita pernah mempertanyakan, 'kenapa ya, kok saya bereaksi seperti itu?', misal marah dengan meledak-ledak, padahal harusnya bisa diredam. Adanya stimulus dengan jenjang waktu yang sangat pendek ketika amarah melanda sontak langsung berapi-api,” katanya.
Padahal, Reza menjelaskan bagaimana kita sadar-sesadarnya dengan pikiran yang jernih, tanpa adanya hawa negatif, sehingga muncul opsi lain yang bisa kita lakukan tanpa harus meledak-ledak. “Inilah yang namanya mengubah reaksi menjadi respons dengan tidak membuat batin kita terus menderita dengan hal negatif tersebut,” ujarnya.
Contoh lainnya, kata Reza, saat seseorang terus melihat ke belakang bahwa dirinya lebih cantik dulu dibandingkan sekarang. Semakin Anda terus membandingkan diri Anda dengan masa lampau, ini dinamakan memupuk kesuksesan dari depresi.
“Ya, Anda sedang menuju sukses, sukses akan depresinya. Anda akan terus berada di lingkaran itu-itu saja. Dan bagaimana Anda bisa terlepas? Memang kalau teori saja kadang sulit dilakukan. Namun kalau sedikit-sedikit, akan terbiasa,” ucapnya.
Dia menjelaskan, Anda sedikit-sedikit harus bisa merasakan hal-hal yang terjadi pada diri Anda dengan berfokus pada satu hal, yakni memikirkan hal apa yang akan dilakukan ke depannya, misalnya mengistirahatkan pikiran dengan menenangkan diri dan rasakan apa yang dilihat, didengar, dan dirasa, barulah Anda bisa bereaksi.
Berita lainnya:
9 Mitos dan Fakta Soal Kelainan Makan
Manfaat Shea Butter untuk Ujung Rambut hingga Kaki
Kebiasaan Gigit Kuku, Cermin Hubungan Tak Harmonis dengan Ibu