TEMPO.CO, Jakarta - Para orang tua sebaiknya kini lebih memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak mereka. Pasalnya, bahaya penyakit pneumonia mengintai putra-putri Anda. Infeksi akut yang menyebabkan timbulnya nanah dan cairan pada alveoli (kantung kecil di paru-paru) ini menyebabkan kematian 920.136 balita pada tahun 2015.
Balita menjadi kelompok yang rentan terkena pneumonia karena sistem imun mereka yang belum berkembang baik.
"Biasanya bayi lahir dengan membawa zat anti dari ibunya atau dari ASI yang dikonsumsinya, namun beberapa waktu setelahnya zat anti ini akan hilang dan ini bisa jadi masa kritis karena anak bisa terserang pneumonia. Selain itu, sistem imun anak belum berkembang dengan baik dan kolonolisasi pneumococcus yang tinggi," jelas spesialis respirasi anak dari fakultas kedokteran Universitas Padjajaran, Cissy Kartasasmita dalam diskusi media pada Kamis, 17 November 2016 di Jakarta.
Bakteri streptococcus pneumoniae atau pneumococcus ini menjadi salah satu penyebab pneumonia. Selain itu, bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib) dan Virus RSV (Respiratory Syncytial Virus) juga bisa menyebabkan terjadinya pneumonia.
Pneumonia umumnya memiliki gejala batuk dan napas yang menjadi cepat "Biasanya ketika balita sakit batuk, dikira hanya batuk biasa dan kurang mendapat perhatian, padahal jika tidak diobati, balita bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Untuk antisipasinya, orang tua bisa menghitung napas bayi ketika mengalami batuk."
Untuk anak berusia di bawah 2 bulan, maksimal batasannya adalah 60 kali per menit. Untuk usia 2-12 bulan, maksimal batasannya adalah 50 kali per menit. Sedangkan, untuk usai 12-59 bulan, maksimal batasannya adalah maksimal batasannya 40 kali per menit. Jika melebihi batasan tersebut, Cissy menyarankan orang tua segera memeriksakan anaknya ke rumah sakit.
Berita lainnya:
Siapa Bilang Olahraga Bikin Lapar? Itu Cuma Isu
Memprihatinkan, Kasus Obesitas di Indonesia Terus Naik
Awas Cewek Matre Mengintai, Ketahui Ciri-cirinya