TEMPO.CO, Jakarta - Sebentar lagi dunia kerja akan dipenuhi oleh generasi Z. Generasi Z adalah mereka yang lahir setelah tahun 1995 atau sekarang berusia 21 tahun. Kini, sebagian besar dari mereka mungkin masih mahasiswa bahkan ada pula yang sudah terjun ke dunia kerja. Bagaimana membaca karakter generasi Z di dunia kerja yang menuntut tanggung jawab dan menjadi penentu masa depan mereka?
Private Barber, Profesi yang Menjanjikan
Chief Marketing Officer Karir.com, Rizka Septiadi, mengatakan tren pencari kerja saat ini adalah bagaimana menemukan tempat bekerja yang nyaman dengan kepastian jenjang karier. Generasi Z, menurut dia, cenderung tidak sabar dan ingin akselerasi cepat. “Biasanya mereka akan bertanya, apakah dalam waktu setahun sudah bisa sampai level manager atau belum?” kata Rizka kepada Tempo, Kamis 10 November 2016.
Baca Juga:
Biasanya, dia melanjutkan, keinginan tersebut akan terakomodasi pada perusahaan yang memiliki sistem manajemen trainee. Hanya saja, tekanan pada situasi kerja seperti ini sangat tinggi. “Akibatnya, turn-overnya juga tinggi,” kata Rizka. Jenis perusahaan konservatif, menurut Rizka kurang cocok bagi generasi Z karena berpotensi terjadi benturan budaya antar-generasi.
Karakter generasi Z juga berbeda. Mereka, menurut Rizka, cenderung nyaman bekerja dalam kelompok dan menerapkan pola komunikasi lewat pesan, semisal pesan instan atau surat elektronik. “Mereka bukan tipe one man show,” ujarnya. Jika dalam satu tahun generasi Z yang masuk di perusahaan ingin menduduki level manager, Rizka mengatakan, dalam sepuluh tahun bekerja mereka punya target ingin memiliki bisnis atau mengelola divisi sendiri karena “haus” tantangan.
Adapun jenis pekerjaan yang banyak digandrungi oleh generasi Z, salah satunya di bidang teknologi informasi. Menurut Rizka, mereka berharap ketika menggeluti pekerjaan ini akan mendapatkan penghasilan Rp 8-10 juta per bulan. “Ekspektasinya seperti itu, tapi kenyataannya di kisaran Rp 2 sampai 10 juta sebulan,” katanya. Minat generasi Z di bidang ini, menurut Rizka, tak keliru karena sekarang memang banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga IT. Lagipula, dia melanjutkan, peluang karier di dunia teknologi informasi kian bervariasi, semisal digital networking, pengembang aplikasi dan desktop, dan sebagainya.
Rizka mengatakan, sejumlah perusahaan sudah mulai berbenah diri untuk menyambut generasi Z agar nyaman bekerja. Dia mencontohkan, ada perusahaan yang membuat lingkungan kerja “open table” alias ruang kerja dibuat terbuka dan tak ada wilayah privat, seperti meja kerja dan lemari, apalagi ruang bersekat/kubikel. “Hanya loker yang menjadi wilayah privat,” katanya.
Nah, buat Kamu generasi Z yang sedang mencari kerja, Rizka mengungkapkan beberapa kesalahan yang kerap dilakukan oleh pelamar. Saat job fair misalnya, datanglah lebih awal karena saat itu perusahaan yang membuka diri untuk menerima calon karyawan masih ‘fresh’. “Kalau datang saja telat lalu melihat banyak saingan, mentalnya langsung drop,” ujar Rizka.
Tip kedua adalah percaya diri dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Jangan panik melihat berjubelnya para pencari kerja, dan jangan hanya melihat-lihat lowongan tentunya. Berikutnya perihal resume. Rizka menjelaskan, bagian personalia atau Human Resources Department (HRD) membaca ratusan resume pelamar kerja setiap hari. Sebab itu, sebaiknya pencari kerja menuliskan deskripsi lengkap tentang apa saja prestasi yang pernah dilakukannya. “Curriculum Vitae tidak sekadar diisi kegiatan dan kapan,” ujarnya.
Rizka menyarankan, resume pencari kerja dibuat dengan detil, misalnya pernah kuliah di mana dan mengikuti organisasi apa. Di organisasi itu bertugas sebagai apa dan pernah melakukan kegiatan apa saja. “Perbaiki juga CV di LinkedIn,” ujarnya.
RINI K
Berita lainnya:
10 Tanda Anda Hanya Jadi yang Kedua bagi Pasangan
Mau Kurus? Berhenti Makan Setelah Kenyang 80 Persen
3 Bulan Jerawat Tak Hilang, Jangan-jangan Itu Jerawat Super