TEMPO.CO, Jakarta - Ketika mendengar kata aerobik, sebagian besar orang membayangkan senam di atas lantai dengan gerakan lincah diiringi lagu yang menggugah semangat. Tapi apakah Anda sudah tahu tentang aerobik air atau akuarobik?
Awas Jerawat Super!
Instruktur aerobik air, Atie Hardjolukito mengatakan pada prinsipnya perbedaan aerobik air dengan aerobik ada pada medianya, yakni di darat dan di air. “Gerakannya juga hampir sama,” kata Atie kepada Tempo di sela acara Aquathon Dunia keempat di Sekolah Mentari Jakarta, Sabtu 12 November 2016.
Hanya saja, Atie menjelaskan, gerakan aerobik di darat sebagian besar mengandalkan kekuatan kaki karena setiap gaya bertumpu pada kaki. “Sedangkan di akuarobik ada tekanan air yang membantu setiap gerakan sehingga setiap gaya tak selalu bertumpu pada kaki dan lebih ringan dilakukan,” ujar Atie yang sudah 16 tahun menjadi pelatih akuarobik. Sebab itu, dia mengatakan, akuarobik cocok untuk mereka yang menjalani pemulihan pasca-cidera.
Latihan akuarobik terbagi dua, yakni di kolam dangkal (shallow) dan kolam dalam (deep pool). Saat latihan di kolam dangkal, kaki setiap peserta akuarobik menapak di dasar kolam. Sedangkan saat berlatih di kolam dalam, setiap peserta dipakaikan busa pelampung di bagian pinggang agar dapat mengapung.
Setiap menerima peserta baru, Atie yang berhasil meraih medali emas dari cabang olahraga renang pada Pekan Olahraga Nasional era 1970-an, ini mengatakan akan menanyakan kondisi kesehatannya lebih dulu. Khusus untuk penanganan pemulihan pasca-cedera, Atie akan mengenali dulu apa keluhannya, barulah perlahan mengajaknya masuk ke kolam renang untuk beradaptasi. “Masuk ke kolam yang dangkal dulu, latihan berjalan di bibir kolam sambil berpegangan. Pengenalan dulu,” katanya.
Setelah sudah terbiasa, Atie mengatakan, peserta akan diajak ke kolam yang lebih dalam dengan dibekali peralatan untuk mengapung, seperti sabuk dan gelang pelampung. “Untuk yang cedera itu lebih bagus di deep pool karena dia bisa belajar menggerakkan kaki, seperti mengayuh sepeda,” katanya.
Seorang peserta akuarobik, Tuty Dani, 66 tahun, membuktikan sendiri khasiat senam air ini. “Tiga tahun lalu saya menderita saraf kejepit dan betis kiri kaku,” ujarnya. Sejak itu, nenek dari delapan cucu ini harus duduk di kursi roda selama satu bulan. Dokter bahkan menyarankannya untuk operasi agar terbebas dari penyakit itu.
Tuty Dani (bertopi biru), 66 tahun, memperagakan gaya keseimbangan akuarobik di kolam renang Sekolah Mentari, Jakarta, Sabtu 12 November 2016. Tuty mengaku pulih dari penyakit saraf kejepit lantaran rajin berlatih aerobik air selama tiga tahun terakhir. (TEMPO/Rini K)
Tuty memutuskan menolak dibedah dan memilih berlatih akuarobik seminggu tiga kali. Tuty ingat betul bagaimana dia menahan sakit ketika kakinya masuk ke dalam air kemudian merambat di bibir kolam. Pertama-tama, Tuty belajar berjalan di dalam air. “Saya tahan dan berlatih terus. Di bulan keenam sudah terasa perbedaannya, saya bisa berjalan seperti biasa,” katanya.
Jangan dikira kalori yang terbakar pada latihan akuarobik ini tak setara dengan cucuran keringat ketika melakukan olahraga di darat. Menurut Atie, gerakan melompat atau memantul di dalam air itu cukup melelahkan, apalagi jika sudah mampu berlari atau mengayuh sepeda dengan cepat. “Indikasinya, jika kepala rasanya sudah panas, maka tenaga yang dikeluakan sangat besar,” ujarnya.
Akuarobik juga bukan hanya melatih tubuh bagian pinggang ke bawah. Atie menjelaskan, ada berbagai peralatan yang dapat membantu membentuk otot lengan, dada, dan punggung, seperti dumbbell dan noddle. Tak perlu persiapan khusus bagi Anda yang ingin menjajal akuarobik. “Cukup berani air saja,” ujarnya. “Kalaupun tidak berani air, kami bantu adaptasi.”
Peserta Aquathon Dunia keempat memperagakan gerakan akuarobik menggunakan dumbbell di kolam renang Sekolah Mentari, Jakarta, Sabtu 12 November 2016. TEMPO/Rini K)
Menurut dia, melakukan akuarobik lebih menyenangkan ketimbang aerobik di darat. Sebab, sambil melakukan gerakan keseimbangan, mengayuh, atau senam, peserta bisa berbincang dengan teman-temannya. “Akuarobik lebih fun.”
Pendiri Water Exercise Therapy (WET) yang juga instruktur akuarobik, Damiana Dotty Widowati mengatakan saat ini belum banyak orang yang mengenal olahraga senam air ini. “Padahal di seluruh dunia sudah menjadi tren,” katanya. Karena itu, dia mengatakan Indonesia harus mencetak lebih banyak instruktur agar masyarakat mengetahui olahraga ini. Menurut dia, akuarobik cocok untuk pria dan wanita di segala usia. Dotty mengatakan muridnya yang paling tua berusia 85 tahun, dan yang termuda adalah 2,5 tahun.
RINI K
Berita lainnya:
7 Hal yang Dibenci Kaum Lajang
Mau Kurus? Berhenti Makan Setelah Kenyang 80 Persen
Jepang, Negara Pilihan Miss Jinjing Belanja Barang Preloved