TEMPO.CO, Jakarta - Lois Merry Tangel hanya berharap menjadi juara II ketka namanya masuk dua besar finalis Putri Pariwisata 2016. Tidak terpikir olehnya untuk meraih juara I dalam kompetisi yang diikuti oleh perwakilan dari 34 provinsi tersebut. “Saya berdoa, ya Tuhan, Lois jadi juara II saja,” ucap dia, mengenang malam pemilihan yang digelar akhir bulan lalu tersebut.
Potong Rambut untuk Buang Sial
Perempuan kelahiran Manado, 3 Januari 1997, itu tersentak ketika namanya disebutkan menjadi Putri Pariwisata 2016. Ibunda Lois, Magritha Dalos, yang juga menyaksikan pengumuman itu, melompat girang. “Saya tidak menangis, cuma kaget. Mama loncat-loncat,” kata Lois, ketika mengunjungi kantor Tempo, Jumat lalu.
Bertugas sebagai Putri Pariwisata 2016 adalah langkah awal bagi Lois untuk memulai kehidupan di Jakarta. Ia harus meninggalkan mamanya tercinta yang menjadi orang tua tunggal sejak ayahnya meninggal tujuh tahun lalu, teman-teman gereja, dan teman kampusnya di Universitas Sam Ratulangi.
Selama setahun ke depan, Lois Merry bertanggung jawab mempromosikan potensi pariwisata Indonesia ke dalam dan luar negeri. “Saya senang mendapatkan kesempatan mencoba pengalaman baru,” kata anak ketiga dari lima bersaudara ini. Lois juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti kontes Miss Tourism World, yang diikuti oleh 50 negara. “Indonesia belum pernah menang. Mudah-mudahan Lois (menang),” kata Anggi dari El Jhon Pageant, yang mendampingi Lois. Kontes tersebut akan digelar di Malaysia pada awal tahun depan.
Prestasi Lois dalam kontes semacam itu dimulai saat ia duduk di bangku SMA kelas II. Gurunya meminta Lois mengikuti lomba Putri Tomohon 2013. “Padahal rambut saya pendek, tiga jari di bawah telinga. Peraturan di sekolah memang begitu,” kata alumnus SMA Kristen 2 Binsus Tomohon ini, sambil tersenyum.
Dinobatkan sebagai Putri Tomohon 2013, setahun kemudian ia terpilih sebagai Putri Pariwisata Minahasa Utara 2014. “Diajak teman,” katanya, tertawa kecil. Tahun berikutnya, gelar Ratu Bunga Nusantara 2015 disabetnya. Lois mengalahkan 18 finalis.
Pengenalan Lois terhadap ilmu kepariwisataan dimulai sejak 2013. Banyak hal yang dipelajari, seperti potensi wisata Sulawesi Utara, terumbu karang yang mati, dan masalah sampah di Bunaken. “Saya juga mempelajari bahwa budaya merupakan bagian dari pariwisata,” tutur dia.
Ketika namanya terpilih sebagai wakil Sulawesi Utara untuk mengikuti kontes Putri Pariwisata 2016, Lois bersama tim Dinas Pariwisata setempat menyiapkan presentasi materi kepariwisataan, gaun malam, tarian, dan busana burung pisok khas Minahasa.
Saat tes presentasi, Lois memaparkan tradisi thanksgiving kepada Opo Empung Wangko (sebutan Tuhan dalam tradisi Minahasa). “Ini adalah pengucapan syukur satu keluarga besar yang masih dilaksanakan di Minahasa,” katanya. Selain itu, Lois menampilkan tari Pisok. “Gerakannya sederhana, tapi ada tekniknya dan harus terampil, “ kata perempuan yang sejak masa kanak-kanak gemar menari di gereja itu.
Lois memberi perhatian khusus pada seni tari. Sebab, menurut dia, budaya Indonesia, khususnya tarian, sudah banyak dilupakan anak muda. Ia mengatakan salah satu perannya sebagai Putri Pariwisata adalah mengajak generasi muda menggemari kegiatan wisata dan budaya. “Pengalaman saya di Sulawesi Utara, anak-anak muda mulai bergeser mempelajari tari modern (ketimbang tari tradisional),” ujarnya.
Penyuka wisata dan senam zumba ini tidak pernah bercita-cita terjun ke dunia putri-putrian. Hanya, sejak kecil ia memang senang mendandani kakak atau adiknya, yang semuanya perempuan. “Saya ingin menjadi pebisnis, mungkin di bidang busana,” kata mahasiswa semester V International Business Administration, Universitas Sam Ratulangi, ini soal masa depannya.
Selama bertugas sebagai Putri Pariwisata, Lois berjanji akan mengingat pesan-pesan orang tuanya. “Selalu menjadi diri sendiri dan jangan lupakan Tuhan. Karena di dunia begini, banyak godaan,” ia menirukan pesan ibunya. Pesan lainnya adalah agar selalu berpakaian baik dan sopan. Sang ibu pula yang diteleponnya saban hari untuk berbagi soal kegiatannya selama merantau. “Biar Mama tenang.”
MARTHA WARTA
Berita lainnya:
Jurus Menjalin Kebersamaan Keluarga
Batik Slobog, Kain Penutup Jenazah Kini Jadi Batik Gaul
|Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengetahui Jenis Kulit Wajah?