TEMPO.CO, Jakarta - Kita mengetahui bahwa orang tua atau saudara yang memiliki alergi meningkatkan risiko anak juga mengalami alergi makanan. Penelitian baru menunjukkan bahwa orang tua yang menderita alergi makanan otomatis memiliki anak yang juga alergi.
Alergi makanan terjadi ketika tubuh memiliki respons imun terhadap makanan tertentu. Respons kekebalan tubuh dapat berbahaya dan mengancam jiwa, seperti anafilaksis.
Biasanya, sistem kekebalan tubuh menjadi pelindung. Pada orang yang alergi makanan, sistem kekebalan tubuh secara keliru merespons makanan tertentu yang seolah-olah berbahaya.
Di Amerika Serikat, ada delapan kelompok makanan yang merupakan 90 persen penyebab alergi yang parah, termasuk susu, telur, ikan, kerang, gandum, kedelai, kacang tanah, dan kacang.
Untuk mengetahui kepekaan terhadap makanan tertentu, dapat dilakukan melalui tes kulit atau tes darah. Namun hasilnya tidak selalu signifikan alergi sejati, kecuali telah terjadi reaksi sebelumnya terhadap makanan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Allergy, Asma dan Imunologi, yang dipublikasikan American College of Allergy, Asthma, & Immunology, menyelidiki pola makan dan alergen orang tua mempengaruhi alergi makanan pada anak-anak
Anak dianggap memiliki alergi makanan jika hasil tes kulit positif dan mempunyai gejala dari reaksi alergi terhadap makanan dalam waktu dua jam setelah konsumsi. Dengan gejala di antaranya gatal-gatal, kesulitan bernapas, sesak dada, sesak tenggorokan, kesulitan menelan, pingsan, dan muntah.
Peneliti menemukan hanya 28 persen orang tua yang anaknya alergi makanan juga megalami alergi. “Dari 2.477 orang tua, hanya 28 persen dari mereka yang positif alergi makanan. Sampel merupakan keluarga, orang tua dengan anak berusia 0-21 tahun yang alergi makanan.”
Dari total peserta, 13,7 persen orang tua menderita alergi makanan. Ada 3,6 persen orang tua yang alergi terhadap kerang, 2,1 persen alergi susu, 2,1 persen alergi kacang tanah, 2,1 persen alergi kacang, 1,4 persen alergi ikan, 1,1 persen alergi telur, 1,0 persen alergi kedelai, 0,9 persen alergi gandum, dan 0,3 persen alergi wijen.
Sebanyak 14,5 persen ibu dan 12,7 persen ayah alergi makanan. Pada anak mereka, alergen yang paling umum adalah kacang (37,3 persen), diikuti susu (29 persen) dan telur (22,1 persen).
Pengujian yang tepat penting untuk setiap jenis alergi, terutama alergi makanan. Tes kulit mengungkapkan, sensitivitas atau kepekaan terhadap alergen tidak berarti selalu alergi. Tes darah alergi saja tidak akurat dalam mendiagnosis alergi.
MEDICAL NEWS TODAY | DINA ANDRIANI
Baca juga:
Ini Dia Cara Menggoreng Supaya Renyah dan Sehat
Bunda, Perhatikan Daya Simpan Bahan Makanan di Dapur
Menikmati Langit Berteman Cokelat di Amber Chocolate And Bar