TEMPO.CO, Jakarta - Pamor batik kini semakin bersinar, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kesuksesan ini membuka peluang bagi banyak daerah yang memiliki motif batik khas untuk menunjukkan karakter mereka masing-masing.
Salah satu daerah tersebut adalah Tuban. Kabupaten yang terletak di pesisir utara Jawa Timur itu menyimpan kekayaan budaya membatiknya sendiri bernama batik gedog. Berbeda dengan batik-batik asal Yogyakarta atau Jawa Tengah yang sudah lebih familiar di berbagai kalangan masyarakat, batik gedog dari Tuban memiliki corak motif, kelir, dan teknik pewarnaan yang sedikit berbeda.
Perbedaan paling mendasar dari batik gedog dibandingkan batik lainnya terletak pada pemilihan bahan. Batik gedog menggunakan tenun sebagai material utamanya. Tenunnya sendiri terbuat dari kapas yang banyak ditanam di ladang sekitar lokasi pembuatan batik.
Kapas-kapas yang sudah dipintal kemudian ditenun menjadi kain menggunakan alat tenun tradisional yang mengeluarkan bunyi “dog... dog...”. Bunyi itulah yang menjadi penyebab mengapa batik dari Tuban itu disebut batik gedog.
Ketua Komunitas Batik Jawa Timur (Kibas) Lintu Tulistyantoro menjelaskan batik gedog memiliki tekstur yang kasar. Teknik pembatikannya menggunakan pewarna alam dari tanaman lokal di Tuban bernama nilo yang menghasilkan warna biru (indigo) alami.
“Penggunaan bahan-bahan alami inilah yang menjadikan batik gedog terlihat eksotis dan tidak bisa disamai oleh batik-batik lainnya,” ujarnya. Dari sisi motif, batik gedog mengandung berbagai guratan khas, seperti likasan kotong, rengganis, gringsing, kijing miring, kasatrian, kembang waluh, kembang kluwih, lok can, gunting, ganggeng, dan owal awil.
Motif gringsing, misalnya, merupakan corak yang sering digunakan pada kain selimut karena dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit. Lintu menjelaskan motif tersebut memiliki kesakralan tersendiri. Dia mengisahkan, ada suatu daerah di Tuban, di mana kain gringsing kerap digunakan secara bergilir dari satu keluarga ke keluarga lain ketika ada anggota keluarga yang sakit.
“Tidak hanya berdasarkan motifnya, batik gedog memiliki sebutan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, batik gedog “tapeh” atau kain panjang yang digunakan untuk sayut atau gedongan untuk membungkus dan menggendong bayi atau barang,” kata Lintu. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat adat di Tuban yang menggunakan batik gedog jenis tertentu sebagai prasyarat ketika akan mendirikan pilar (saka guru) dari sebuah rumah. Caranya adalah dengan menggantungkan batik gedog pada pilar tersebut.
Baca juga:
Tanda-tanda Seseorang Stylish, Apa Saja Itu
Cuaca Mendung, Saatnya Tampil Keren dengan Syal
'I Know You Know' Akan Ikut Fashion Kode 2016 di Korea