TEMPO.CO, Jakarta - Di Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN), tema yang dibahas adalah “Mengenali Kebiasaan Buruk Si Kecil yang Memicu Masalah Gigi dan Mulut”.
Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia Cabang Jakarta, Dr. Eva Fauziah, drg., Sp.KGA., mengungkapkan 7 kebiasaan buruk anak yang bisa memicu masalah gigi dan mulut.
Dari kebiasaan buruk tersebut dikhawatirkan yang timbul adalah Karies, yakni penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian.
Kebiasaan itu diperparah minimnya pengetahuan para ibu tentang ciri-ciri gigi karies.
Karies dipicu 7 kebiasaan buruk. Eva mengupas sekaligus memberikan solusi praktis untuk menangkal kebiasaan buruk si kecil:
1. Minum susu dengan dot
Ini khususnya minum susu menggunakan dot dalam posisi tiduran.
Pencegahan: tetap izinkan minum susu dengan botol dot, setelahnya bilas mulutnya dengan air putih agar tak ada sisa susu menempel di gigi. Jika si kecil berusia 2 tahun, gantilah botol susu dengan gelas. Minum menggunakan sendok atau sedotan.
2. Mencamil pada malam hari dan mengonsumsi soda atau minuman manis
Sering mencamil menyebabkan derajat keasaman (pH) di rongga mulut turun dan email gigi rentan terhadap gigi berlubang. Akibat terburuk, terjadi demineralisasi email lalu terciptalah karies.
Pencegahan: Tidak bisa langsung dihentikan. Anda dapat mengurangi frekuensi mencamil atau menggantinya dengan buah.
3. Kebiasaan mengemut makanan
Ini bahaya. Saat mulut tertutup, produksi kelenjar ludah berkurang. Saat itulah, karbohidrat dari sisa makanan di dalam mulut difermentasikan oleh bakteri menjadi asam. Rasa asam inilah yang memicu terjadinya gigi berlubang.
Pencegahan: latih anak mengonsumi makanan padat sesuai tahap perkembangan usia. Latihan ini juga berfungsi memperkenalkan si kecil pada berbagai tekstur makanan sekaligus merangsang proses pertumbuhan, perkembangan rahang maupun gigi.
4. Mengisap jempol
Mengganggu pertumbuhan rahang, membuat gigi lebih maju (tonggos).
Pencegahan: tidak membiarkan si kecil sejak awal memasukkan ibu jari ke dalam mulut.
5. Menggigit kuku atau pensil
Benda keras akan mendorong gigi yang sedang tumbuh maju ke depan atau malah ke belakang. Ini mengakibatkan crossbite, yakni gigi atas dan gigi bawah tersusun berlawanan dari formasi normalnya.
Pencegahan: ajak si kecil melakukan permainan lain untuk mengalihkan fokusnya, supaya ia tidak sembarangan mengigit benda di sekitarnya.
6. Menyikat gigi pada waktu yang salah
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 membeberkan 93,8 persen masyarakat Indonesia menyikat gigi dua kali sehari. Namun 77,1 persen di antara mereka menyikat gigi pada waktu yang salah.
Pencegahan: waktu yang dianjurkan menyikat gigi adalah sehabis makan dan sebelum tidur. Ajarkan anak sikat gigi dengan benar dari gusi ke gigi, selama 2 menit. Dampingi mereka.
7. Malas mengunjungi dokter gigi
Survei Nasional kerja sama antara Pepsodent, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, dan Ikatan Profesi Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia periode 2015-2016 menyebut, 60,4 persen masyarakat Indonesia berkunjung ke dokter gigi ketika gigi mereka bermasalah. Kalau tak ada masalah, ya tidak berkunjung secara rutin.
Pencegahan: ruang dokter gigi kini dirancang lebih ramah anak. Ajak si kecil berkenalan dengan dokter gigi 4 bulan sekali.
Berita lainnya:
5 Alasan Bubur Oat Baik untuk Kesehatan
Resep Coffee Brownies Pie
Ngebir Santai di Camden Bar Cikini