Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Anak Terlambat Pubertas?

Editor

Sandra

image-gnews
Ibu dan anak remaja. Shutterstock
Ibu dan anak remaja. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua kerap khawatir jika melihat anaknya belum menunjukkan gejala pubertas saat anak-anak seusianya telah mengalami pubertas. Anak laki-laki tumbuh tinggi dengan perubahan suara menjadi berat ataupun mulai tumbuh jakun. Pada anak perempuan ditandai dengan datang haid sebagai siklus bulanan.

Beberapa anak mengalami pubertas tepat waktu. Namun ada juga yang terlambat masa pubertasnya. Sebaiknya orang tua tidak perlu panik. Beri dukungan kepada anak agar ia tidak merasa rendah diri saat badan teman-temannya tumbuh cepat.

Tanda-tanda pubertas pada anak perempuan umumnya tumbuh payudara, tumbuh rambut di bawah ketiak dan sekitar vagina, tubuh meninggi dan membesar dalam waktu singkat, mendapat menstruasi, berjerawat, serta tubuh mengeluarkan aroma khas.

Sedangkan pada laki-laki biasanya ditandai oleh membesarnya ukuran testis dan penis; tumbuh rambut di bawah ketiak, sekitar penis, dan sekitar wajah; tubuh tinggi dan membesar dalam waktu singkat; suara berat; mulai muncul jerawat; serta tubuh mengeluarkan aroma khas.

Sebelum membawanya berkonsultasi ke dokter, lebih baik orang tua mengetahui tentang fakta dasar mengapa pubertas terlambat, seperti dilansir laman Boldsky.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Faktor genetik. Jika orang tua mengalami pubertas terlambat, kemungkinan besar anak mengalami hal sama.
2. Umumnya, pubertas pada laki-laki lebih lambat dibanding anak perempuan. Meskipun secara umum pubertas dimulai saat anak berusia 9 tahun dan berakhir di usia 15 tahun.
3. Obesitas. Kelebihan berat badan dapat menjadi salah satu faktor anak mengalami masa pubertas yang terlambat. Jika dirasa anak mengalami obesitas, sebaiknya orang tua mendorongnya mengurangi berat badan.
4. Perawatan medis. Untuk anak laki-laki, keterlambatan masa pubertas ini dapat diatasi melalui perawatan medis. Umumnya, mereka menggunakan suntikan. 
5. Konsultasi ke dokter. Jika anak telah berusia 15 tahun tapi belum terlihat gejala pubertas, silakan konsultasikan ke dokter.

DINA ANDRIANI 

Baca juga:
Pentingnya Menghapus Stigma Negatif Penderita Gangguan Jiwa
Hati-hati, Minum Air Putih Banyak Bisa Bikin Keracunan Air
Masih Normalkah Penglihatan Anda?


Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gambaran Kesehatan Remaja Indonesia: 1 dari 4 Stunting dan 1 dari 7 Obesitas

7 September 2020

Ilustrasi remaja (pixabay.com)
Gambaran Kesehatan Remaja Indonesia: 1 dari 4 Stunting dan 1 dari 7 Obesitas

Fase remaja merupakan kesempatan kedua untuk memperbaiki kualitas generasi mendatang, setelah tahap balita.


Remaja Yogyakarta Rentan Anemia Karena Suka Diet?

13 Februari 2019

Ilustrasi penderita anemia. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Remaja Yogyakarta Rentan Anemia Karena Suka Diet?

Remaja di Yogyakarta ternyata banyak yang melakukan diDet. Makanan yang tidak mengandung gizi seimbang bisa berakibat stunting.


Kurangi Angka Kematian Remaja, Ini Saran dari Dokter

25 Januari 2019

Ilustrasi remaja (pixabay.com)
Kurangi Angka Kematian Remaja, Ini Saran dari Dokter

Sebagian besar kematian pada remaja karena penyebab yang dapat dicegah, misalnya kecelakaan lalu lintas.


Intip Tanda Perubahan Seks Primer dan Sekunder pada Remaja

20 Desember 2018

Ilustrasi remaja hang out.
Intip Tanda Perubahan Seks Primer dan Sekunder pada Remaja

Masa remaja adalah masa di mana perilaku kaum remaja ingin mencoba hal-hal baru. Ini tanda perubahan seks primer dan sekunder remaja.


Hari Kesehatan Mental Dunia, Masalah Jiwa Remaja karena Keluarga

10 Oktober 2018

Ilustrasi remaja hang out.
Hari Kesehatan Mental Dunia, Masalah Jiwa Remaja karena Keluarga

Hari ini dunia memperingati World Mental Health Day atau hari kesehatan jiwa sedunia. Intip salah satu faktor kesehatan jiwa remaja.


19 Persen Remaja di Negara Berkembang Hamil Sebelum 18 Tahun

28 September 2018

Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com
19 Persen Remaja di Negara Berkembang Hamil Sebelum 18 Tahun

Secara global , 19 persen remaja di negara berkembang mengalami kehamilan sebelum usia 18 tahun. Banyak penyakit seksual yang menghantui remaja.


Cegah Stunting, Pentingnya Investasi Kesehatan pada Remaja

17 September 2018

Ilustrasi remaja sedang konsultasi dokter. shutterstock.com
Cegah Stunting, Pentingnya Investasi Kesehatan pada Remaja

Diet banyak dilakukan remaja. Diet membuat para remaja tidak mau mengkonsumsi makanan lebih bergizi.


Ini Persamaan Indonesia dan Australia Terkait Gizi Buruk

15 Mei 2018

Kiri ke kanan, Peter MacArthur- Duta Besar Kanada; Doddy Izwardi,-Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan; Eni Agustina,-Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan; Andrew O'Connell-Regional Director Nutrition International/Nutrition International5.      Allaster Cox-Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Australia
Ini Persamaan Indonesia dan Australia Terkait Gizi Buruk

Australia dan Indonesia memiliki masalah yang sama dalam hal gizi buruk. Apa saja persamaan masalah gizi itu?


Anak Remaja Emosional, Ada Hubungan dengan Otak Bagian Depan

19 Februari 2018

Front Page Cantik. Orang Tua dan Remaja. Shutterstock
Anak Remaja Emosional, Ada Hubungan dengan Otak Bagian Depan

Remaja adalah makhluk yang emosional. Perkembangan otak bagian depan yang belum sempurna menjadi salah satu penyebab emosi anak remaja belum stabil.


Remaja Krisis Percaya Diri, Psikolog: Dukung Secara Emosional

28 Januari 2018

Ilustrasi remaja hang out.
Remaja Krisis Percaya Diri, Psikolog: Dukung Secara Emosional

Media sosial dan tren menciptakan tekanan dan standar bagi remaja yang mengakibatkan krisis percaya diri.