TEMPO.CO, Jakarta - Menggali cerita dari anak itu susah-susah gampang. Sebab, menurut Kamala London Newton, profesor psikologi dari Universitas Toledo, Ohio, Amerika Serikat, anak-anak penuh imajinasi. Namun bukan berarti mereka tidak bisa jujur. "Anak-anak bisa bercerita fakta ketika mereka berkata tanpa dipaksa," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Teknik bicara dengan anak perlu disadari para orang tua, terutama saat menggali informasi menyangkut keselamatan mereka, misalnya dari kekerasan dan pelecehan seksual. Sayangnya, menurut Newton, banyak orang dewasa lalai menyadari pikiran anak mudah tercampur aduk antara satu kejadian dan kejadian lain, plus imajinasi.
Cara menggali informasi yang salah membawa anak pada ingatan palsu, bukan kejadian sebenarnya. "Banyak orang menanamkan false memory pada kasus-kasus kekerasan atau pelecehan anak," kata Newton. "Kita harus hati-hati untuk mendapatkan cerita jujur dari anak."
Contoh salah, pakar psikologi memori anak ini melanjutkan, adalah pertanyaan yang mengarahkan atau pertanyaan tertutup dengan jawaban "ya" atau "tidak". Tipe pertanyaan tersebut lebih mengakomodasi keinginan penanya, bukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi.
Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak. "Bahwa anak pantas didengar pendapatnya," tutur Reza Indragiri Amriel, psikolog forensik, yang dihubungi terpisah.
Reza menambahkan, kepada anak pantang diajukan pertanyaan berulang. "Akan muncul persepsi bahwa anak harus memberi jawaban sesuai dengan kehendak penanyanya," ucapnya. Terakhir, anak sebaiknya dimintai keterangan dalam suasana yang rileks. Tip psikologi tersebut tidak hanya berlaku dalam pemeriksaan kasus kejahatan anak di kepolisian, tapi juga pada tingkat keluarga.
Newton mengatakan jawaban terjujur anak adalah pernyataan yang spontan, datang dari mulut anak sendiri tanpa harus dicecar dan dikisahkan dini. Memang, dia mengakui, ada anak yang kesulitan membeberkan peristiwa buruk sehingga memilih diam. Namun bukan berarti harus dipaksa bicara. "Berhenti dulu. Kalau sudah kondusif, dicoba lagi," ujarnya.
Ada beberapa teknik untuk membuat anak bicara. Bisa dengan menggambar, bermain peran dengan boneka, atau wawancara. Tiga media tersebut, menurut Reza Indragiri, dapat menjadi petunjuk informasi, sepanjang anak menjalaninya tanpa paksaan. Seluruh data yang diperoleh, kata pengajar psikologi di Universitas Bina Nusantara ini, "Adalah petunjuk yang pantas digali lebih jauh." Untuk memperkuatnya, perlu ditambahkan pencarian alat bukti dan uji fisik, seperti visum.
Berita lainnya:
Resep Pangsit Kakap dan Jamur
Tidur, Kunci Sukses Perawatan Kulit di Usia 30-an
Kylie Jenner Akhirnya Mengaku Telah Berbohong tentang Bibirnya