Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tri Agustin, Dulu Buruh Batik, Kini Pengusaha Batik  

image-gnews
Ilustrasi Batik. TEMPO/Aris Andrianto
Ilustrasi Batik. TEMPO/Aris Andrianto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Semenjak ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik kian diminati. Pada 2 Oktober pun kemudian diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Hal itu tak hanya mengangkat nilai batik, tapi juga turut mengangkat kehidupan para perajin batik. Seperti yang dirasakan seorang warga Desa Gamel, Plered, Cirebon, Tri Agustin. kini, wanita berusia 31 tahun ini bisa menghasilkan omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan dari usahanya sendiri sebagai perajin batik sejak 2014.

Dia dapat menjual batik tulis mulai harga Rp 250 ribu–Rp 2 juta. Kondisi ini jauh berbeda saat dirinya masih menjadi buruh batik pada 2004 dengan penghasilan Rp 30 ribu setiap hari yang dibayarkan dua pekan kemudian.
 
Meski membatik sudah menjadi tradisi turun-temurun keluarga, Agustin tak berani mengambil risiko dengan menjadi pengusaha batik. Dia tak mampu memasarkan hasil kerajinan batik. Dia juga tak mengerti kualitas batik yang diminati pasar. Maka, dia memilih bertahan sebagai buruh batik.
 
Pada 2012, bersama sebelas perajin batik lain, Agustin mulai belajar pemasaran melalui offline maupun online, mendapat akses ke pameran dan bazar, keterampilan teknik pewarnaan dari bahan alam, hingga pengelolaan keuangan.

Dari kegiatan tersebut, dia dapat menentukan harga jual kain batik lebih layak, membuat dan memasarkan sendiri kerajinan batik yang dihasilkannya. Selain itu, batik tulisnya makin diminati pasar karena menggunakan pewarna dari bahan alam, daripada saat menggunakan pewarna dari bahan kimia.

“Memang prosesnya lebih lama, karena perlu 20 kali pencelupan. Namun, di kulit pemakaianya lebih aman dan lebih diminati pasar. Kalau menggunakan bahan kimia cukup tiga kali pencelupan, tapi tidak nyaman di kulit,” tuturnya ditemui seusai hadir dalam talkshow Memberdayakan Batik dari Tradisi Menjadi Industri di Bentara Budaya Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski telah melakukan lompatan dari seorang buruh batik menjadi pengusaha pabrik, Agustin tak ingin lekas berpuas diri. Perempuan yang belajar membatik sejak duduk di bangku sekolah dasar ini, berharap dapat terus mengembangkan usaha batiknya hingga menjadi usaha yang lebih mapan.
 
“Ingin punya showroom seperti Batik Trusmi,” katanya berharap.

BISNIS

Berita lainnya:
Masih Normalkah Penglihatan Anda?
Menjajal Hidangan Para Sultan Banten
Sambut Halloween, Karnivor Cafe Bandung Sediakan Menu Horor

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

3 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

5 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

22 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

29 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

40 hari lalu

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

46 hari lalu

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

51 hari lalu

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.


Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

52 hari lalu

Aktivitas membatik dan pameran batik yang digelar di hotel Yogyakarta Senin (5/2).  Foto: TEMPO|Pribadi Wicaksono.
Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

Pekerjaan rumah saat ini, adalah bagaimana batik bisa memiliki ruang presentasi yang kontinyu untuk memperluas pasarnya.


TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

52 hari lalu

Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) batik yang melakukan penjualan via live TikTok Shop dalam acara Showcase Event dan Konferensi Pers: TikTok dan Tokopedia Luncurkan Kampanye #MelokalDenganBatik di Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2024. TEMPO/Riri Rahayu.
TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

TikTok Shop dan Tokopedia meluncurkan kampanye #MelokalDenganBatik. Pedagang bebas biaya komisi selama sebulan.


Jokowi Kaget Beli Celana Batik Seharga Rp 15 Ribu: Sangat Murah dan Bisa Bersaing dengan Negara Lain

58 hari lalu

Presiden Jokowi membagi bagikan kaos kepada warga yang menerima bantuan pangan beras cadangan pemerintah di Gudang Bulog Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selasa 30 Januari 2024. ANTARA/Hery Sidik
Jokowi Kaget Beli Celana Batik Seharga Rp 15 Ribu: Sangat Murah dan Bisa Bersaing dengan Negara Lain

Jokowi membeli produk lokal yang dijual para pengusaha UMKM yang mendapat permodalan dari program PNM.