TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar wanita berpendapat, penampilan yang menarik dan sempurna adalah yang berwajah cantik, bertubuh langsing, dan berkulit putih. Tak heran jika wanita lebih suka memiliki kulit putih.
Mereka berusaha mendapatkan kulit putih dengan berbagai cara, salah satunya memutihkan kulit. Padahal memutihkan kulit dengan cara yang salah justru berisiko tinggi menyebabkan kanker kulit. Derajat warna kulit manusia diukur dengan skala Fitzpatrick. Ada enam level skala Fitzpatrick, nilai terendah mengindikasikan kulit putih dan nilai tinggi berarti kulit gelap.
Ketua Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (PERDESTI) dr Teguh Tanuwidjaja, M. Biomed (AAM), menjelaskan, semakin rendah skala Fitzpatrick, semakin tinggi risiko kanker kulit. “Kasus kanker kulit lebih tinggi pada orang berkulit putih (ras kaukasia). Mereka memiliki sedikit pigmen warna kulit (melanin), pelindung dari UV,” ujarnya di Jakarta.
Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan ras Afrika yang memiliki nilai tertinggi skala Fitzpatrick. Kulit mereka lebih kuat akan paparan UV. Sedangkan orang Indonesia memiliki skala 3-5. Artinya, jumlah pigmen melanin cukup melindungi kulit dari bahaya UV.
Namun, ironisnya, masih banyak wanita Indonesia yang berlomba-lomba memutihkan kulit. Kondisi ini justru mengurangi pigmen melanin dan meningkatkan risiko kanker kulit.
Berita lainnya:
Bahaya Olahraga Berlebihan bagi Jantung
Waspada Jantung Koroner, Kenali Gejalanya
7 Persoalan yang Sering Memicu Masalah Mental