TEMPO.CO, Jakarta - Ditinggalkan orang yang kita cinta tentu terasa berat dan menyedihkan. Terlebih bila ditinggalkan untuk selama-lamanya.
Menarilah dengan Si Kecil
Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia menyarankan siapa pun yang kehilangan orang spesial tak perlu berpura-pura tidak kehilangan. Jika memang bersedih, luapkan saja kesedihan itu. Jangan ditahan-tahan, apalagi sampai berkamuflase agar tampak tegar dan kuat.
Wanita yang akrab disapa Nina ini menganjurkan untuk menghadapi saja dengan jujur dan menjalani prosesnya sebaik mungkin. Berikut ini perilaku yang bisa ditoleransi ketika kita kehilangan orang terkasih.
- Menangislah bersama anggota keluarga lain. Boleh kok menangis di depan anak. Ini justru akan menunjukkan bahwa kita sedang merasa kehilangan.
- Dengan menangis, emosi sedih dan kehilangan dilepas dan akhirnya segera tergantikan dengan emosi lain yang lebih positif. Misalnya, menerima kondisi menyedihkan ini.
- Dengan terbuka memperlihatkan rasa kehilangan, pada dasarnya anak bisa belajar cara menghadapi kehilangan.
- Jika perlu, buatlah satu pojok rumah sebagai tempat menangis. Jika merasa sedih, menangislah di situ sampai selesai. Dengan menunjukkan tempat itu sebagai tempat untuk melepas kesedihan, anak bisa ikut melepaskan emosi sedih ini dengan aman.
- Jika ada pojok bersedih, bisa juga ditambahkan satu pojok bahagia di rumah. Saat merasa bahagia, pergilah ke pojok itu. Dengan cepat, tempat itu akan memberi kita emosi bahagia.
- Cari benda yang mengingatkan terhadap pasangan yang telah pergi. Jika rindu terhadapnya, peganglah atau peluklah benda itu. Ini bisa mengurangi stres ditinggal pasangan.
- Anak juga bisa diajak mencari benda yang mengingatkannya kepada orang tua yang meninggal untuk memudahkan mereka melepas rindu.
Berita lainnya:
Anak 3-4 Tahun Disarankan Main di Luar 3 Jam Sehari
Acar Avokad, Cocok Bagi yang Sedang Diet
Tanda Produk Makeup Sudah Kedaluwarsa