TEMPO.CO, Jakarta -Serangan jantung yang terlambat ditangani membuat risiko kematian penderita semakin tinggi. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaktahuan akan tanda-tanda serangan jantung. Banyak orang juga merasa ragu untuk segera ke dokter ketika merasakan sakit atau sesak di dada karena mengira hanya masuk angin biasa.
“Sudah ke dokter, ternyata bukan serangan jantung. Maka sebaiknya memang perlu diketahui tanda-tanda yang lebih spesifik,” kata Ismoyo Sunu, dokter spesialis kardiovaskular dalam acara diskusi Kenali Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pencegahannya, Kamis (22/9/2016), di Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Tanda-tanda serangan jantung yang disebutkan Ismoyo yaitu adanya rasa tidak nyaman di dada. Tidak bisa ditunjuk secara pasti rasa sakitnya di mana, melainkan seperti rasa sakit yang menyebar di seluruh dada, bahkan hingga tangan dan leher.
Satu hal yang pasti, sumber rasa sakit berada di belakang tulang dada dan pada umumnya rasa sakit ini juga disertai keringat dingin, rasa ketakutan, bisa juga pingsan.
“Jadi kalau kita sudah paham, biasanya nyeri dada ini tidak seperti sakit biasanya. Pasti terasa berbeda,” ujar Ismoyo. Untuk menghadapinya, seseorang yang mengalami serangan jantung harus memastikan diri tetap tenang.
Baca Juga:
“Tiduran setengah duduk, jangan melakukan aktivitas sama sekali, termasuk minum atau sengaja batuk keras-keras. Khawatirnya penderita akan kekurangan oksigen,” papar Ismoyo.
Satu cara lain yang dapat dilakukan untuk memastikan serangan jantung atau tidak, kita bisa melakukan tarik nafas kuat-kuat, lalu embuskan. Bila sakit terasa lebih baik atau lega, maka ini bukan serangan jantung atau hanya sesak nafas biasa.
“Karena serangan jantung, selama tidak ditangani, rasa sakitnya cenderung menetap,” tutur Ismoyo. “Kalau rasa sakitnya menetap, segera ke dokter dan jangan sampai lewat 12 jam dari kejadian serangan jantung.”
Artikel lain: Gula, Dicinta, Dibenci, dan Dipenuhi Mitos