TEMPO.CO, Jakarta - Anak ada yang takut menghadapi suasana gelap dan selalu mengira ada hantu, baik siang maupun malam. Ada pula yang takut pada kecoa. Setiap kali melihat binatang yang satu ini, ia pasti lari dan berteriak.
Pippa Middleton Dituduh
Menurut Yoice Bunga Midasari psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, perilaku ini biasa disebut sebagai fobia. Ini suatu gangguan yang ditandai dengan "ketakutan menetap" dan tidak rasional terhadap suatu situasi atau objek tertentu. Kata "fobia" berasal dari bahasa Yunani, "phobi", yang berarti ketakutan atau kecemasan yang tidak rasional. Fobia berbeda dengan trauma, namun trauma berhubungan erat dengan fobia, bahkan merupakan pemicu kemunculannya.
Beberapa penelitian menunjukkan fobia bisa ditularkan oleh orang tua, terutama ibu. Sebab, sosok ibu lebih memiliki kedekatan emosional dengan anak daripada ayah. Jika takut pada suasana gelap misalnya, otomatis dan spontan si ibu mencengkeram tangan anak yang sedang digandeng atau memeluk anak yang sedang digendongnya erat-erat. Kejadian seperti ini membuat si anak ikut-ikutan takut.
Fobia pada seseorang bisa terjadi melalui beberapa tahapan, biasanya diawali dengan peristiwa yang traumatis yang menimbulkan shock, takut, marah, atau perasaan negatif lainnya. Karena pengalaman traumatis ini direkam oleh otak, ketika orang tersebut menjumpai hal serupa, timbul reaksi yang berlebihan. Seperti keringat dingin, sakit kepala, migrain, otot menegang, rasa ingin muntah, peningkatan rasa cemas, atau gemetar.
Fobia tak hanya menimpa anak-anak, tapi juga orang dewasa. Mengatasi bermacam-macam fobia pada dasarnya sama, baik fobia terhadap suasana gelap, pada air, api, ketinggian, atau gempa. Para psikolog lazim menggunakan psikoterapi yang disebut cognitive-behavioral therapy dengan metode desensitisasi sistematis, yang mendekatkan klien dengan obyek fobia secara berangsur-angsur.
Berita lainnya:
Tip Atasi Takut Serangga pada Anak
Tip Mengatasi Rasa Takut pada Anak
Tip Agar Anak Tak Takut Minum Obat