TEMPO.CO, Jakarta - Kurang tidur sudah terkenal bisa mempengaruhi kesehatan dan produktivitas. Tapi dalam dunia kerja, kurang tidur benar-benar berpotensi “membunuh” karier seseorang. Dampak negatif kurang tidur begitu hebatnya, sampai-sampai orang mabuk bisa saja lebih produktif dibanding orang kurang tidur. Penelitian terbaru dari Universitas Rochester menerbitkan bukti ilmiah pertama terkait dengan hal ini.
Seperti dikutip dari tulisan Dr Travis Bradberry di Huffington Post, kajian para peneliti ini memperlihatkan sel-sel otak bekerja membersihkan protein-protein beracun yang diproduksi saraf ketika seseorang menjalankan aktivitas normalnya. Poin krusial penelitian ini menyebutkan, aktivitas pembersihan hanya bisa dilakukan ketika seseorang benar-benar tidur. Ketika seseorang tidak mendapat tidur cukup yang berkualitas, protein-protein beracun ini akan tetap ada dalam sel otak.
Baca Juga:
Pembersihan racun ini bisa optimal kalau kebutuhan tidur seseorang terpenuhi. Durasinya bervariasi, tiap orang antara 7-9 jam per hari. Permasalahannya, cukup banyak pekerja dari berbagai negara yang tidur kurang dari 7 jam per hari.
Kurang tidur menjadi silent killer bagi karier ketika kebiasaan buruk ini dibiarkan dalam jangka panjang. Akumulasi racun secara perlahan menurunkan kemampuan otak memproses informasi, menyelesaikan masalah, membunuh kreativitas, dan mengontrol emosi. Akumulasi racun dalam otak ini berpotensi besar menurunkan emotional intelligence (EQ) seseorang.
Padahal, Presiden TalentSmart ini menambahkan, 90 persen top performers harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Pemahaman emosi diri dan orang sekitarnya serta kemampuan memanfaatkannya sebaik mungkin itulah yang membantu seseorang dalam membangun karier. Kecerdasan emosional tinggi tersebut butuh asupan waktu tidur cukup dan dengan kualitas yang baik.
ARYANI KRISTANTI | HUFFINGTON POST