TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua sering kali khawatir jika anaknya bercerita tentang teman tak nyata. Anak asyik bermain seolah ada orang yang menemaninya. Menurut psikolog Endang Kamuljan, wajar jika anak memiliki teman khayalan.
Sejak bayi, biasanya anak sudah memiliki teman imajiner. Kemudian berkembang saat dia mulai bisa berkomunikasi. Ini menandakan imajinasi anak berkembang dan mulai belajar bergaul dengan orang lain. "Itu bagian dari interaksinya dengan lingkungan," ujar Endang.
Teman khayalan biasanya datang karena anak merasa tidak puas terhadap lingkungannya, seperti ketika teman-teman nyata, orang tua, dan anggota keluarga sering melarang atau memprotes kelakuannya. Akibatnya, anak mencari teman lain, yang dalam khayalannya penurut dan tidak banyak memprotes.
Endang menjelaskan, manusia dewasa pun bisa memiliki teman khayalan. "Ingat kan? Kita sering berbicara sendiri saat akan melakukan sesuatu. Ini artinya kita berbicara dengan teman khayalan," ujar Endang.
Lantas, apa yang harus Anda lakukan jika anak mempunyai teman khayalan? Berikut ini saran dari Endang:
1. Terima kenyataan dan perlakukan teman khayalan layaknya teman nyata.
2. Biarkan anak berbicara dan bermain dengan teman khayalannya. Aktivitasnya bisa memunculkan emosi terpendam.
3. Saat anak menyalahkan teman khayalannya atas perbuatan buruk, itu bukan tanda kepribadian ganda. Ia sedang mencoba memilah yang benar dan yang salah.
4. Bermainlah dengan anak dan teman khayalannya. Biarkan anak membuat aturan main. Jangan berhenti mencoba, meski anak tak ingin Anda terlibat.
5. Jangan paksa anak. Biarkan anak memutuskan melepas teman khayalan saat benar-benar siap.
Berita lainnya:
6 Rahasia Wanita Berkulit Halus
Moms, Bayi Bisa Melakukan Evaluasi Sosial Loh!
Efek Samping Minum Pil KB yang Tak Boleh Dianggap Enteng