TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah polisi di Cannes, Prancis, menegur setiap perempuan yang mengenakan burkini di pantai. Burkini merupakan pakaian renang muslimah yang menutup seluruh tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Pelarangan pemakaian burkini di Kota Cannes dan Nice, Prancis, itu menuai protes, termasuk dari hijabers di Tanah Air.
“Semua perempuan muslim di dunia sudah seharusnya dapat merealisasikan haknya secara penuh dalam segala aktivitas menggunakan hijab,” kata Diajeng Lestari, founder Hijup.
Menurut dia, menggunakan hijab adalah kewajiban setiap perempuan pemeluk Islam dan bukan penghalang untuk beraktivitas serta berkarya. Karena itu, dia memberikan dukungan terhadap hijabers di seluruh dunia dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri seratus hijaber Indonesia.
Pertemuan yang dilaksanakan pada Minggu, 4 September 2016, itu bertepatan dengan Hari Solidaritas Hijab Dunia. Dalam pertemuan ini, Hijup menyerukan kampanye #empowerchange sebagai langkah untuk mengikis pemahaman yang salah soal hijab. Sebab, pelarangan burkini di Prancis menunjukkan pemahaman yang keliru tentang Islam dan perempuan berhijab.
Acara ini berlangsung meriah dengan diikuti fashion blogger dan influencer Lulu Elhasbu dan Sarah Sofyan. Hijup menyelaraskan kampanye ini dengan hastag #islamispeace. Hastag ini bermaksud mengkampanyekan bahwa Islam dan hijab bukan simbol kekerasan atau ancaman, melainkan ajaran yang penuh kedamaian.
Diajeng mengatakan, dengan kampanye ini, Hijup ingin memberikan dukungan untuk para perempuan pemakai hijab di seluruh dunia. “Semoga ke depan kita bisa saling menguatkan satu sama lain untuk terus berkarya dan membuktikan bahwa Islam adalah agama yang damai. I wear hijab and I am proud.”
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Waspadai Penyebaran Virus Zika Lewat Air Mata
Dokter Ungkap Penyebab Orang Takut Periksa Gigi
Mencoba Gula Sehat dan Tidak Berbahaya buat Diabetesi