TEMPO.CO, Jakarta - Dalam soal memantau pertumbuhan anak seringkali beredar mitos dan kepercayaan di kalangan masyarakat yang tidak benar. Misalnya, anak gemuk selalu lebih baik dibanding anak kurus. "Gemuk bukan berarti baik. Yang bagus itu yang sedang saja atau sesuai dengan standar perkembangan anak," kata dokter spesialis anak Hardiono D. Puspoyo.
Pertumbuhan fisik yang baik ditandai dengan penambahan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala baik. Berat badan dipengaruhi oleh nutrisi, sedangkan tinggi badan banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Agar anak memiliki berat badan sesuai, pemberian nutrisi, jenis makanan, cara pemberian maupun perilaku pemberian makanan sangat berpengaruh. Sebenarnya, sejak bayi masih di dalam kandungan hingga tumbuh kembang, faktor emosional orang tua sangat berpengaruh. "Premarital siap ditambah kesiapan emosional," kata Hardiono.
Diakui Hardiono, metabolisme tubuh anak berbeda. Ada anak yang makan sedikit sudah bisa gemuk, namun ada yang banyak makan tetap saja kurus. Hal lain yang menyebabkan metabolisme tubuh berubah antara lain, kelebihan hormon tiroid yang menyebabkan anak tetap kurus, infeksi kronis menyebabkan penyakit tuberkulosis, infeksi saluran kemih atau kurang kekebalan tubuh dan kurang oksigen mengakibatkan penyakit jantung bawaan.
Dalam memantau pertumbuhan, banyak beredar mitos. Di antaranya, tinggi badan anak akan bertambah setelah disunat, atau dengan sering berenang dan main basket. Pacu tumbuh anak perempuan memang lebih cepat dibanding anak laki-laki. Sunat itu sebenarnya untuk memacu cepat pertumbuhan hormon testosteron sedangkan olahraga hanya akan memperbaiki kualitas pertumbuhan anak.
Seringkali juga terjadi, si anak dianggap tubuhnya tidak berkembang atau tinggi sebagaimana layaknya anak lain di usianya. "Ketika diperiksa, ada kalanya anak itu mengalami penundaan pertumbuhan. Dan dalam waktu tertentu pertumbuhannya bisa melesat," jelas Hardiono. Menjadikan anak ideal yang sehat pertumbuhannya maupun kecerdasannya memang harapan semua orang tua. Yang jelas, orang tualah yang harus berperan demi tumbuh kembang anak yang optimal.
Kecerdasan untuk anak sudah bisa dibentuk ketika anak itu masih di dalam kandungan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan gizi sewaktu hamil, menghindari zat racun seperti nikotin, alkohol, obat-obatan, radiasi dan narkotika. Penyakit bawaan ibu seperti jantung, paru, ginjal, endokrin dan darah bisa mempengaruhi perkembangan otak si anak sewaktu dalam kandungan ataupun saat lahir dan setelah lahir. "Bayi yang tidak menangis ketika lahir bisa menyebabkan kekurangan oksigen, bayi yang mengalami kuning berlebih menyebabkan gangguan otak," jelas Hardiono D. Puspoyo.
Nutrisi bayi seperti air susu ibu dan makanan tambahan setelah 6 bulan juga termasuk yang mempengaruhi perkembangan otak. Pada usia 8 tahun, bayi yang mendapat ASI akan memiliki IQ 8 poin lebih tinggi dibanding yang tidak mendapat ASI. Ibu hamil sebaiknya banyak mengkonsumsi nutrisi yang kaya akan zat besi agar pembentukan mielin pada otak bayi.
Mielin ini amat berguna melancarkan aliran impuls listrik di sel syaraf. Sel syaraf yang kehilangan mielin tidak dapat menghantarkan impuls listrik dengan baik sehingga perkembangan bayi akan terlambat, kekenyalan dan kekuatan otot akan berkurang. "Ibu hamil yang kekurangan zat besi akan memiliki HB darah yang rendah sehingga berpengaruh pada berkurangnya IQ pada anak yang dilahirkan," kata spesialis anak yang aktif di organisasi ikatan dokter anak Indonesia ini.
Yang tidak kalah penting bagi 2-3 tahun pertama kehidupan anak adalah memberi stimulasi yang diyakini akan mengembangkan anak menjadi lebih cerdas. Di atas usia itu, stimulasi tak memberi hasil baik. Anak yang banyak mendapat stimulasi akan menjadi anak cerdas.
Banyak anak mengalami autis. Salah satunya karena peran ibu yang kurang dalam memberi stimulasi. Misalnya, ibu tidak tahu cara main dengan anak. "Stimulasi lebih penting dibanding mainan bagus dan mahal. Mainan kapal-kapalan kertas yang sederhana saja bisa jadi alat mainan untuk stimulasi." Untuk melihat perkembangan anak yang baik, salah satunya bisa dilihat dari cara ia melihat mainan. Anak sehat akan memasukkan mainan ke mulutnya. Itu media si kecil untuk melakukan eksplotasi lingkungan.
"Tapi itu hanya diperbolehkan bagi anak 2 tahun ke bawah. Kebiasaan yang masih berulang di usia 2 tahun malah tidak jadi normal." Untuk menghindari pertumbuhan tidak normal, sebaiknya ada pemantauan pertumbuhan sejak awal dengan menggunakan grafik growth chart yang biasa diberi oleh dokter anak.
Grafik ini diisi secara periodik agar mengetahui tinggi dan berat badan anak. Termasuk juga mengetahui usia dan perkembangan anak mulai dari cara komunikasi, persona sosial, motorik kasar, halus dan cara anak memecahkan masalah.
Berita lainnya:
Jangan Paksakan Calistung pada Balita
Berikan Bimbingan pada Anak tentang Peran Jenis Kelaminnya
Atasi Rasa Tegang Saat Memulai Pekerjaan Baru