TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa orang berpikir bisa mengerjakan dua hal atau lebih pada waktu bersamaan, dan mereka berhasil membuktikannya.
Namun, hal itu tidak mudah bila menyangkut masalah karier dan rumah tangga. Tidak sedikit yang gagal membuktikannya.
“Terutama jika ini dihadapkan pada wanita agar tidak sekadar fokus, tapi juga berhasil dan sukses baik dalam rumah tangga maupun pekerjaannya,” ucap Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
“Bersikeras untuk berhasil secara gemilang untuk keduanya, karier dan rumah tangga, bukan solusi terbaik untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang,” simpulnya.
Anggia memberikan beberapa tip menyeimbangkan karier dan rumah tangga dengan cara paling realistis, sebagai berikut:
Cukup jalani dan biarkan mengalir
Jika menjalani saja dan membiarkan semua berjalan apa adanya, tidak mengejar ambisi atau berharap banyak, mungkin kehidupan karier dan rumah tangga baik-baik saja. Cukup selesaikan pekerjaan Anda, lalu pulang ke rumah untuk bertemu suami dan bertemu (mengasuh dan mendidik) anak-anak, walau dalam waktu yang sempit, misalnya akibat bekerja lembur atau menerjang jalan yang macet.
Jangan membuat target
Wanita, baik sebagai istri maupun sebagai ibu, adalah pekerjaan penuh waktu. Tidak seperti laki-laki yang bisa mendelegasikan tanggung jawabnya sementara kepada istri saat ia memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Jika tidak ingin mudah stres, menemukan banyak masalah dengan pekerjaan, masalah di rumah (pernikahan, tumbuh kembang anak, dan masalah rumah tangga lainnya), jangan menargetkan apa pun. Termasuk di dalamnya target mendapatkan promosi dan target mengurus anak dengan sempurna. Cukup jalani semua sebaik mungkin.
Jangan terjebak istilah “kerja di rumah”
Jika belum rapi dan profesional mengatur jadwal kerja, cara kerja, penetapan target pribadi, dan lainnya, bekerja di rumah tidak lebih baik. Anda sekadar ada di rumah, tapi lebih tidak efektif dibanding bekerja kantoran. “Ini malah berbahaya. Anda merasa ada (untuk rumah tangga), anak-anak dan suami melihat Anda secara fisik, tapi tidak utuh,” ujar Anggia. Meski di rumah, Anda sulit lepas dari ponsel, komputer, laptop, dan perangkat kerja lainnya. Berbeda dengan bekerja kantoran yang jelas pembagian waktu kerja dan istirahatnya.
Jaga komunikasi dengan baik
Saat Anda dan suami sama-sama bekerja, tentu waktu berkualitas Anda berdua berkurang. Jangan memulai masalah dengan mengabaikan hal-hal yang dianggap penting dengan alasan “nanti saja”. “Kurang baiknya dan kurang lancarnya komunikasi biasanya menjadi pemicu hal kecil menjadi besar, hal yang tidak ada menjadi ada,” kata Anggia.
Rumah tangga tetap prioritas
Wanita bekerja dan berprofesi itu sangatlah mungkin. Dengan catatan, sejak awal bahkan sebelum memutuskan menikah, prioritasnya adalah rumah tangga. Sehingga, jika suatu saat harus memilih salah satunya, karier dapat dilepas dengan ikhlas. Jadikan ini komitmen bersama pasangan, sehingga tidak muncul masalah terkait dengan hal ini di kemudian hari, misalnya masalah ekonomi keluarga.
Dukungan keluarga
Dukungan bukan sekadar membantu Anda dalam mencapai mimpi-mimpi, tapi juga saat Anda dan rumah tangga Anda butuh diingatkan agar tetap dalam koridor. Terutama saat Anda dan pasangan mulai terlena dengan pekerjaan dan kehidupan masing-masing atau mulai menunjukkan hubungan yang kurang sehat. “Biasanya hal ini terjadi di lima tahun pertama pernikahan, di mana masing-masing individu tengah asyik dan fokus terhadap mimpi-mimpi kesuksesan karier masing-masing,” tutur Anggia.
Berita lainnya:
Ladies, Perhatikan Jenis Bahan saat Memilih Celana Dalam
Punya Tahi Lalat di Dagu, Hidung, Bibir, Apa Artinya?
Terpengaruh Pesohor, Warga Inggris Keranjingan Kelapa