BELANJA
Reputasi Singapura sebagai salah satu surga perbelanjaan terbaik di Asia mulai memasuki masa suram seiring kenaikan harga dan persaingan ketat dengan negara-negara di sekitarnya. Dilansir dari laman CNBC, data Singapore Tourism Board pada 2014 menunjukkan pendapatan Singapura dari sektor belanja para pelancong turun sebanyak 6 persen atau Sin$ 1,1 miliar (sekitar Rp 10,28 triliun) pada triwulan pertama 2014.
“Singapura adalah salah satu tujuan wisata warga negara Cina di masa liburan, sama seperti Malaysia dan Thailand. Tragedi Pesawat MH370, dan rusuh di Bangkok pada Maret 2016, mempengaruhi penurunan keuntungan industri retail,” kata Direktur Senior Research & Consultancy Alan Cheong di Savills, Singapura pada CNBC. Warga asal Negeri Tirai Bambu memang diketahui sebagai pembelanja terbanyak di kalangan wisatawan Singapura.
Salah satu poin yang membuat ciutnya semangat belanja para pelancong adalah harga produk yang kurang bersaing. “Peningkatan jumlah tenaga kerja dan ongkos transportasi membuat harga produk kian tinggi dan menurunkan minat belanja para wisatawan,” ujar Cheong.
Seorang pemilik toko peralatan olahraga LIV ACTIV di pusat perbelanjaan di Orchard Road, Singapura, Sam Goh mulai ketar-ketir jika satu saat terpaksa hengkang dari tempat belanja prestisius itu. “Kalau Anda masuk ke mal, hanya ada kekosongan apalagi di hari kerja,” kata Goh, 44 tahun. Saking sepinya, dia sampai menyewakan seperempat dari luas gerainya untuk memangkas biaya operasional.
Pengamat gaya hidup, Amelia Masniari menganggap penurunan tren wisata belanja di Singapura wajar adanya. Ekonomi Singapura, kata dia, sangat tergantung pada industri retail. “Retail Singapura tergantung pada Indonesia. Kalau kita lagi memble, di sana juga memble,” ujar Amelia yang biasa disapa dengan Miss Jinjing, ini beberapa waktu lalu.
Di Singapura juga, menurut Amel, pola konsumsi tertinggi dipegang oleh wisatawan asal Indonesia. Ditambah lagi, harga dolar Singapura yang sedang mahal di tengah kompetisi wisata dengan negara-negara di sekitarnya. “Orang Singapura sendiri jauh dari budaya konsumsi. Di sana konsumennya sebagian besar orang Indonesia,” katanya.
Miss Jinjing sendiri mengaku terakhir ke Singapura tiga tahun lalu. Dia mengatakan, saat ini wisata belanja di Singapura tengah bersaing dengan Thailand dan Malaysia. “Seperti di Penang, Malaysia atau di Bangkok, harga barang-barangnya sudah lebih murah,” kata dia. Dengan opsi tersebut, wisatawan akan membandingkan, baik dari sisi transportasi, hotel, tempat belanja, dan makanannya.
CNBC | REUTERS | ARKHELAUS W | YOHANES PASKALIS | RINI KUSTIANI
Berita lainnya:
Ayo, Ubah Sedikit Kebiasaanmu demi Berkurangnya Jerawat
Jakarta Fashion Week 2017 Diadakan Oktober, Apa yang Baru?
7 Pantangan Setelah Makan, Makan Buah dan Minum Teh di Antaranya