TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang yang menuding perempuan sebagai biang kerok saat suami-istri tak kunjung punya momongan. Padahal tak selalu demikian kenyataannya. Pria juga menyumbang peranan besar pada masalah ini. “Lima puluh persen penyebab kemandulan justru dari pria,” kata Sigit Solichin, dokter spesialis urologi, dalam seminar tentang infertilitas pria di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Sigit, pasangan dikatakan tak subur jika melakukan senggama secara teratur tanpa kontrasepsi lebih dari setahun, namun tak kunjung memiliki keturunan. Di Indonesia, jumlah pasangan yang infertil lumayan besar, yakni sekitar 25 persen. Separuh masalah ketidaksuburan ini disebabkan oleh kondisi pria.
Pria, Sigit melanjutkan, disebut subur jika memiliki produksi sperma yang cukup. Parameternya, kira-kira ada 39 juta sel dalam sekali ejakulasi. Itu pun tingkat kesehatan dan pergerakannya kudu tinggi untuk bisa membuahi sel telur.
Masalahnya, ada banyak hal yang menyebabkan kualitas sperma memble. Sumber masalah terbesar adalah varikokel alias pembengkakan pembuluh darah vena di testis pria. Jumlahnya sekitar 15 persen dari total kasus infertilitas pria. Penyebab lainnya, infeksi saluran kemih dan daerah kemaluan sekitar 8 persen, biji kemaluan tidak turun ke kantong buah zakar (7,8 persen), hipogonadisme alias penurunan fungsi kelenjar gonad—penghasil hormon reproduksi—(8,9 persen), sumbatan pada saluran sperma (1,7 persen), dan gangguan antibodi (4,5 persen). Adapun 31 persen pria mandul tidak diketahui penyebabnya.
Kalau kena vonis penyakit seperti di atas, tentu saja, harus berobat ke dokter. Selain ke spesialis urologi atau saluran kemih seperti Sigit, bisa juga berkonsultasi dengan pakar andrologi atau kesuburan pria.
Di samping penyakit, gaya hidup juga mempengaruhi kesuburan pria. Menurut Sigit, kegemaran merokok akan membuat kualitas sperma lelaki jauh menurun. Demikian pula dengan hobi minum minuman beralkohol, juga berolahraga. Jangan salah. Olahraga yang berlebihan membuat hormon testosteron anjlok, sehingga sperma yang dihasilkan berkurang. “Faktor psikologis, seperti stres di tempat kerja atau rumah, juga mengganggu kesuburan,” ujar dokter Rumah Sakit Bunda, Jakarta Pusat, ini.
Dokter spesialis okupasi, Kasyunil Kamal, juga mengatakan ada beberapa aktivitas yang mengganggu kesuburan pria. Misalnya, berkendara. “Sopir profesional yang menangani jarak jauh rentan mengalami infertilitas,” kata pakar ilmu kesehatan kerja yang juga berpraktek di Rumah Sakit Bunda ini.
Apalagi pengendara sepeda motor. Kasyunil mengungkapkan, testis para biker kerap mengalami kepanasan akibat kelamaan terhimpit jok, lebih-lebih jika terkena panas mesin. Getaran kendaraan juga bisa mengganggu kualitas sperma. Kualitasnya akan makin anjlok jika sopir mengalami stres, misalnya akibat kemacetan. Sperma loyo akibat panas juga bisa dialami pria yang hobi mandi sauna, berendam air hangat, dan memakai celana dalam ketat.
Aktivitas lain yang berpotensi mengganggu kesuburan adalah bersepeda. Meski sehat untuk badan, terlalu sering menggowes akan membuat testis menderita akibat tertekan sadel. Tapi pengaruh aktivitas ini tentu tak terjadi dalam waktu cepat. Mandi sauna atau memakai celana ketat, misalnya, tak akan langsung membuat sperma loyo seketika.
Sebab, produksi sperma memerlukan waktu sekitar tiga bulan. “Jadi, sperma yang dikeluarkan hari ini adalah produksi tiga bulan yang lalu,” katanya. Sebaliknya, upaya mengembalikan kesuburan pria juga membutuhkan rentang waktu panjang. Perubahan kebiasaan yang dilakukan hari ini baru berdampak tiga purnama mendatang.
NUR ALFIYAH
Berita lainnya:
10 Pesona Wanita yang Membuat Pria Tergila-gila
`Kepo`, Apakah Si Introver Sedang Jatuh Cinta?
Mengantuk Saat Kerja? Setop Minum Kopi, Lakukan 7 Cara Ini