TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan seharusnya memahami jika ada karyawannya yang memilih merahasiakan sesuatu dari orang lain. Sebab, setiap orang perlu menjaga privasi masing-masing, dan memang seharusnya ada batasan antara urusan pribadi dan pekerjaan.
Mengutip Bustle, ada beberapa hal yang sebenarnya tak perlu diketahui perusahaan tentang pekerjanya. Dan pekerja tidak wajib memberi tahu perusahaan. Apa saja? Berikut ini ulasannya.
1. Masalah kesehatan fisik dan mental
Umumnya pekerja tidak wajib memberi tahu masalah kesehatannya, baik fisik maupun mental, kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Namun dengan catatan selama masalah kesehatan itu tidak mengganggu dan tidak mempengaruhi kinerja serta produktivitas.
Apabila Anda menyampaikan semua masalah kesehatan yang “remeh” kepada perusahaan, Anda bisa dianggap “penyakitan”, dan manajemen akan menimbang ulang keputusan mereka mempromosikan Anda. Pastinya mereka tak ingin mengambil risiko jika kondisi kesehatan Anda kian menurun karena beban pekerjaan bertambah. Lain urusannya jika masalah kesehatan yang Anda rasakan menghambat kerja. Sebaiknya sampaikan kepada atasan atau personalia.
2. Mencari pekerjaan baru
Saat mencari pekerjaan baru, tak jarang Anda sampai harus membolos dari kantor karena proses perekrutan yang memakan waktu lama. Akibatnya, Anda akan membolos kerja lebih dari dua kali. Anda harus memutar otak untuk mencari alasan apa lagi yang masuk akal agar bisa membolos.
Kenapa tidak jujur saja kalau Anda sedang mencari pekerjaan baru? Jujur adalah sikap mulia, dan berbohong itu dosa. Namun, dalam hal ini, bersikap jujur justru membuat karier Anda terancam.
Jika perusahaan sampai tahu Anda sedang mencari pekerjaan baru, ada kemungkinan mereka akan mulai memperlakukan Anda berbeda dari biasanya. Misalnya, mengurangi jatah pelatihan, menugasi Anda untuk mengerjakan urusan yang tidak penting, dan sebagainya. Atau, bisa juga perusahaan langsung “mendepak” Anda karena dianggap tidak loyal terhadap perusahaan.
3. Kegiatan saat day off atau cuti
Tak jarang Anda merasa bersalah saat mengambil cuti atau day off karena telah meninggalkan pekerjaan. Rasa bersalah itu kian berat saat atasan dan rekan kerja “meributkan” cuti atau day off itu karena beban pekerjaan mereka bertambah.
Perlu diketahui, cuti dan day off merupakan hak pekerja. Anda berhak melakukan apa pun dan pergi ke mana pun saat cuti atau day off. Pihak perusahaan cukup mengetahui status Anda. Selebihnya, mereka tak perlu tahu ke mana Anda pergi atau kegiatan apa yang dilakukan selama tidak bekerja. Anda pun tidak berkewajiban memberi tahu mereka.
4. Kontak pribadi
Sekarang ini sudah menjadi hal yang umum jika perusahaan meminta data mengenai kontak pribadi para pekerjanya. Tak hanya nomor telepon seluler, nomor telepon rumah, alamat rumah, dan alamat surat elektronik saja, tapi juga akun media sosial karyawannya.
Jika Anda merasa keberatan memberi tahu kontak pribadi kepada orang lain, Anda perlu membuat strategi. Untuk nomor telepon dan akun media sosial, sebaiknya Anda miliki lebih dari satu. Yang satu khusus untuk orang-orang yang Anda kenal (keluarga dan teman), dan satu lagi untuk urusan pekerjaan.
5. Kisah lengkap kehidupan pribadi
Saat berdiskusi dengan atasan atau personalia, boleh-boleh saja Anda bercerita tentang pengalaman hidup. Hanya saja, semua itu bisa dibeberkan jika Anda memang diminta untuk itu. Ketika menyampaikannya, Anda juga tak perlu memberi tahu versi lengkap atau detail pengalaman tersebut, cukup ceritakan garis besarnya saja.
Hindari pembicaraan tentang masalah keuangan, hubungan asmara, pertengkaran dengan tetangga sebelah rumah, dan perilaku buruk anak. Mereka tidak perlu mengetahui itu, bahkan mungkin mereka memang tidak ingin tahu soal itu.
BUSTLE | LUCIANA
Berita lainnya:
5 Fakta dan Mitos Keliru tentang Nyeri Punggung
Yang Mesti Anda Lakukan Ketika 'Si Macho' Menangis|
Anak Menangis Sembunyi-sembunyi, Kenali Apa Penyebabnya